Paling tidak melihat kecenderungan penghuni +62 yang secara sengaja atau tidak terkesan sukar meninggalkan essence orientasi politik dalam setiap penilaian.Â
Hal itu kerap menghasilkan pembelaan terhadap siapapun yang sejalan dan begitu juga sebaliknya, hujatan kepada yang berlawanan. Sehingga hasil penilaian seseorang terhadap sosok akan mudah ditebak dari posisinya, bersesuaian orientasi politiknya kah atau berseberangan.
Kontra Jokowi akan selalu melihat tindakan Jokowi sebagai suatu hal yang salah, setidaknya kurang tepat. Pra Ahok pun akan bersikap sinis terhadap langkah Anies dalam menangani problem di Jakarta.Â
Begitu juga dalam kasus corona. Di media sosial, orang fasih dalam mengkritik dua sosok di atas. Memang ada yang melayangkan kritiknya secara obyektif, berdasarkan kondisi dan fokus pada permasalahan. Namun tak kalah banyak yang sebaliknya.Â
Benar adanya jika dikatakan bahwa penjelasan bertele-tele tak akan digubris oleh seorang pembenci. Dan sebaliknya, penjelasan pun tak diperlukan kepada seorang pecinta, sebab dia akan membela bagaimana pun situasinya.
Maka dari itu, hingga kini saya masih sukar menerima pernyataan bahwa masyarakat kita sudah dewasa dalam berpolitik. Setidaknya, nggak semuanya. Dan kedewasaan berpolitik ternyata tak selalu berbanding lurus dengan strata seseorang, baik pendidikan, ekonomi atau strata lainnya.
Sebab banyak yang bertitel, namun masih kerap nyinyir ke sana sini bahkan bermodal berita palsu. Jadi bertumpuk-tumpuk kan pilonnya. Titelnya sungkan juga kali dipakai oleh orang seperti itu..Â