Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Din Syamsuddin: "Pancasila Harga Mati" Pun Radikal

1 Desember 2019   09:38 Diperbarui: 3 Desember 2019   15:02 2606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Dr. Din Syamsuddin | Foto Kabar24.com

"Radikalisme itu secara terminologis bisa positif bisa negatif. Karena radikal itu bisa positif, kami berpegang teguh. Pancasila harga mati, itu radikal, radikal itu akar. Jadi yang bilang NKRI berdasarkan Pancasila harga mati, itu sikap radikal," terang mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr. Din Syamsuddin saat ditemui CNN di Kantor MUI Pusat, Jakarta Pusat, Rabu (27/11) malam.

Silang Pendapat Istilah Radikalisme

Senada dengan perkataan Din, Anggota Komisi VIII DPR RI Ali Taher mengungkapkan bahwa radikalisme memiliki 2 arti, positif dan negatif. Hal itu disampaikannya saat terjadi rapat kerja (raker) antara DPR dan Kemenag pada 7 November 2019. 

"Kalau tidak ada radikalisme, tak pernah ada (Raja) Namrud berjumpa dengan (Nabi) Ibrahim. Jika tidak ada radikalisme, (Nabi) Musa tidak akan bertemu Firaun. Jika tidak ada radikalisme, maka (Nabi) Muhammad tidak akan bertemu dengan Abu Lahab," tuturnya di depan Fachrul Razi yang beberapa waktu lalu memantik polemik bertema cadar dan celana cingkrang. 

"Kata radikalisme adalah akar dari sebuah persoalan teologis. Yang keliru adalah menggunakan radikalisme pada konteks politik yang menghancurkan agama. Nah oleh karena itu menurut pandangan saya, jika radikalisme digunakan untuk membangun peradaban dan melakukan perjumpaan peradaban, itu kita setuju," tandasnya sebagaimana diberitakan detikcom.

Hal yang memperuncing silang pendapat tentang radikalisme tak lain adalah dialamatkannya kata itu seolah kepada umat Islam belaka. Sehingga dari situ kata "radikal" justru menuai pembelaan. Berkaca pada ajaran Islam yang mengajarkan kasih sayang maka menjadi haram hukumnya menyematkan kata "radikal" yang kadung diartikan negatif padanya. 

Di lain pihak, pemakai frasa "Islam radikal" sebenarnya tak bermaksud untuk menyerang Islam sebagai sebuah keimanan. Dengan istilah itu, mereka hendak mendefinisikan sebuah golongan yang memiliki sifat dan sikap yang berbeda dengan muslim pada umumnya yang moderat, sifat yang seharusnya dimiliki oleh para pemeluk Islam. 

Dikotomi Islam Moderat dan Non Moderat 

Islam di manapun sejatinya sama yakni bersifat tawasuth atau moderat dalam ajaran. Tidak bersifat ekstrim baik ke kiri maupun ke kanan. Namun demikian, tidak dengan pemeluknya. Hal itu disebabkan oleh penyerapannya terhadap ajaran agama. 

Agama ini harus di turun-temurunkan melalui lidah dan perbuatan para ulama yang mu'tabar atau otoritatip dalam bidangnya. Islam tak bisa didalami hanya dengan hasrat belajar agama yang tinggi lalu bertindak mandiri saat mempelajarinya. Sanad atau ketersambungan ajaran dari seorang pembelajar kepada gurunya yang terus tersambung hingga rasulullah adalah sebuah keharusan dalam belajar agama. Meski perbedaan penafsiran terhadap nas baik al-Quran dan al-Hadits tetap terjadi, itu sah-sah saja asalkan bukan perbedaan yang ushulli atau pokok kaidah dalam agama. 

Bolehlah berbeda masalah qunut, asal Subuh tetap 2 rakaat. Bolehlah berbeda dalam hal melafalkan niat salat, asal sama berniat sebelum salat dijalankan. Dan ribuan perbedaan serupa lainnya. Namun ada kalanya, ada sekelompok orang yang kaku dalam berislam sehingga tak mentolerir perbedaan-perbedaan semacam itu. Perbedaan yang sejatinya sudah selesai di kalangan ulama terdahulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun