Mohon tunggu...
Damar Adi
Damar Adi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Homo Homini Socius

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan: Keadilan (?)

13 September 2022   07:00 Diperbarui: 13 September 2022   07:05 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu untuk SBMPTN tidak ada lagi seleksi dengan mata pelajaran tertentu, melainkan seleksi akan menggunakan pengukuran potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris, maka sekarang seleksi bersama lebih menitikberatkan kepada penalaran. Terakhir untuk seleksi mandiri pemerintah mengatur supaya PTN dapat lebih transparan kepada calon mahasiswa.

Sudah seharusnya dunia pendidikan Indonesia mengalami restorasi. Dahulu terdapat pepatah yang mengatakan jika orang miskin dilarang sakit, lantas apakah hal tersebut juga demikian dengan dunia pendidikan. Kalau seperti itu, sekarang apa makna sebenarnya dari kata yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa” yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan setiap warga memiliki hak dan kewajibannya. 

Berbicara mengenai pendidikan, para imam Yesuit (Serikat Yesus) menjadikan hal tersebut sebagai salah satu fokus karya mereka. Pada buku Berjalan Bersama Ignatius (2021), Pater Arturo Sosa, Pemimpin Umum Serikat Yesus mengatakan bahwa pendidikan yang baik merupakan kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan tegangan dan konflik sebagai peluang untuk tumbuh. 

Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan solidaritas dan rasa peka terhadap sesama yang mengalami ketidakadilan. Fokus Serikat Yesus terhadap pendidikan sendiri telah tertuang dalam sejarah bangsa Indonesia, mereka hadir dan berkiprah juga di nusantara. Di dalam buku Semangat Lebih Yesuit (2009) diterangkan bahwa pada abad ke-19 Indonesia kedatangan dua orang misionaris dari negeri Belanda. 

Kedua misionaris tersebut bernama Pater Van Lith, SJ, dan Pater Hoevenaars, SJ. Memang tujuan utama mereka adalah menyebarkan Injil, seturut dengan semangat Imperialisme-Kolonialisme bangsa Barat. 

Namun, selain melakukan penyebaran Injili kepada masyarakat, dua orang misionaris tersebut juga melakukan sebuah pengajaran. Jika dilihat dari latar belakangnya, pada waktu itu masyarakat Indonesia berada dalam situasi keterbelakangan intelektual. Lantas pengajaran yang mereka lakukan itu mengartikan bahwa mereka turut melaksanakan sebuah karya penyelamatan ilahi. 

Dalam konteks ini maksudnya para misionaris memperhatikan orang-orang yang termarjinalisasi, bahwasannya keadilan seharusnya dapat dirasakan oleh semua orang.

Pendidikan yang Menjunjung Keadilan 

Perjalanan pendidikan di Indonesia cukuplah panjang. Di abad ke-19 aroma pendidikan cukup kuat tercium oleh karena kedatangan misionaris dari Belanda. 

Mulai saat itu riwayat pendidikan tertulis dan berkembang dalam sejarah, hampir di setiap pergantian pemerintahan kian sering muncul bahasan-bahasan mengenai pendidikan. Mengenai kebijakan yang diambil oleh Mendikbud beberapa waktu lalu menjadi salah satu contohnya. 

Pada dasarnya langkah yang diambil oleh Mendikbud ialah perihal tentang menjunjung tinggi asas keadilan. Pendidikan merupakan hak semua orang, sudah layak dan sepantasnya setiap orang mengenyam pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun