Mohon tunggu...
Siti Marwanah
Siti Marwanah Mohon Tunggu... Guru - "Abadikan hidup melalui untaian kata dalam goresan pena"

"Tulislah apa yang anda kerjakan dan kerjakan apa yang tertulis"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rasa (Part 11)

22 November 2020   19:36 Diperbarui: 22 November 2020   19:49 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kalimat Fadly membuat dada Aisyah terasa terbakar dan sakit hati. Tapi dia masih bisa mengendalikan diri. Dalam posisi duduk, Aisyah menyodorkan tas ransel yang berisi laptop ke depan Fadly.

Bukannya berterima kasih malah makian yang keluar dari mulut lelaki tersebut.
"Rupanya kamu yang mengambil tas dan laptopku ini, sudah seminggu aku mencarinya ternyata kamu pencurinya." Ucap Fadly langsung menuduh.

Kesabaran Aisyah sudah habis, selama ini dia hanya bisa diam kalau dihina, tapi kali ini dia harus memberikan pelajaran kepada lelaki tersebut.  Aisyah berdiri langsung menatap tajam pada lelaki di depannya.

"Aku juga punya harga diri. Jangan Mentang-mentang kamu orang kaya, seenak saja memaki dan menuduh orang. Walaupun aku orang miskin, aku bukan wanita yang suka mencuri.
Dengar.....! Tas ransel ini tidak sengaja aku temukan di cafe seminggu yang lalu. Aku juga sudah berusaha mencari pemiliknya bertanya kesana kemari tapi tidak ada yang kehilangan laptop. Kamu harusnya bersyukur dan berterima kasih aku mengembalikan laptop ini. Asal kamu tahu adikmu yang mengabarkan kepadaku prihal kamu kehilangan laptop, dengan ciri-ciri yang sama dengan laptop yang aku temukan. Jangan asal main tuduh. mulutmu itu yang harus diperbaiki biar tidak longgar, mulutmu tidak setampan wajahmu" Tukas Aisyah dengan nada menggebu-gebu melampiaskan kekesalannya."

Setelah mengeluarkan unek-uneknya selama ini. Aisyah langsung pergi meninggalkan rumah tersebut. Fadly hanya bisa memandang punggung wanita tersebut dengan rasa menyesal. Begitu pun dengan Parhan dia hanya bisa menatap guru privatnya dengan rasa iba.

Sejak kejadian itu Aisyah mengundurkan diri jadi guru privatnya Parhan. Bagi Aisyah hatinya terlalu sakit jika harus bertemu dengan Fadly.Tapi kalau ada kesulitan dalam mata pelajaran. Parhan menanyakannya lewat telepon.

Lelaki berambut gondrong itu langsung menyambar tas laptop yang tergeletak di atas meja. Sesaat kemudian dia mulai memeriksa file yang ada di laptop. Semuanya masih ada tidak ada yang berkurang sedikit pun. Tidak sembarang orang bisa membuka laptopnya karena diamankan dengan password. Termasuk beberapa uang kertas lima puluhan ribu yang ada di tas ranselnya masih utuh dalam posisi semula.

Sesaat Fadli memandang dirinya di cermin. Melihat dengan seksama raut wajahnya yang gusar. Ada rasa bersalah dan penyesalan dalam dirinya terhadap Aisyah, wanita yang selalu dihina dan diremehkan selama ini. Ternyata dia yang menyelamatkan laptopnya yang berisi skripsi sebagai tugas akhir kuliahnya. Kalau seandainya laptop saya tidak ditemukan, itu artinya Fadli harus mengulang membuat skripsi mulai dari awal dan itu bukan pekerjaan mudah.

Sejak peristiwa itu, lelaki tampan berambut gondrong ini lebih banyak menyendiri, mengurung diri di kamar. Kalimat gadis itu selalu terngiang-ngiang di telinga Fadly. "Kata-kata kasar dan penghinaan selalu aku lontarkan setiap kali bertemu dengannya. Padahal Aisyah tidak pernah melakukan kesalahan. Hanya karena dia berasal dari keluarga kurang mampu yang membuatku kurang suka." Gumam Fadly.

Beberapa Minggu berlalu, Fadly berharap bertemu dengan gadis tersebut, namun dia tak kunjung datang memberikan les private para adiknya.
"Kok Aisyah tidak pernah datang mengajar kamu les private dek," tanya Fadly pada Parhan saat mereka duduk berdua di depan televisi.

"Sejak kak Fadly menghinanya waktu mengembalikan laptop kakak yang hilang, dia minta berhenti jadi guru lesku. Awalnya ibu keberatan, setelah tahu penyebabnya akhirnya ibu malu memaksanya untuk tetap mengajar disini." Jawab Parhan
Fadly semakin merasa bersalah, karena ulahnya yang tidak punya perasaan, membuat seseorang yang berjasa mengembalikan kecerian adiknya yang sempat hilang Kini harus merelakan sumber mata pencahariannya selama ini.

Setelah menyelesaikan kuliahnya di fakultas kedokteran Fadly ini merubah haluan hidupnya jadi manusia yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun