Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Refleksi tentang Belajar Mendengarkan: Menghemat Kata, Perbanyak Mendengarkan Orang Lain

2 Agustus 2023   08:12 Diperbarui: 9 Agustus 2023   16:45 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada cara sederhana dapat dilakukan untuk merefleksikan kehidupan pribadi kita khususnya tentang bijaksana mendengarkan, yakni dengan membangun kesadaran diri (Examen Conscientiae). 

Di saat siang hari dapat diluangkan waktu sekitar 5 -- 10 menit untuk hening menyendiri dan melihat apa-apa saja yang sudah dilakukan dan terjadi dari bangun pagi hingga siang itu, seberapa besar porsi mendengarkan dalam kurun waktu setengah hari itu? 

Illustrasi diambil dari: www.ccpl.org
Illustrasi diambil dari: www.ccpl.org

Nilai atau makna hidup (life values) apa yang bisa diambil dari pengalaman itu? Aksi nyata atau komitmen diri apa yang akan dilakukan untuk mengembangkan diri?  Cara ini kembali dilakukan di malam hari menjelang istirahat malam.

Maxwell dalam Talent is Never Enough pernah menegaskan bahwa manusia tidak akan dapat belajar apapun jika terus-menerus berbicara dan tidak memberi porsi untuk banyak mendengarkan. 

Examen Conscientiae sejatinya dapat menjadi sarana yang apik untuk membangun kesadaran diri tentang kualitas diri secara terus-menerus dan berkesinambungan. 

Habitus baik ini akan memberikan dampak yang begitu dahsyat pada perkembangan diri untuk lebih bijaksana dalam kehidupan ini dengan berlatih menggunakan lebih sedikit kata-kata dan perbanyak mendengarkan orang lain dengan tulus.

Akhirnya kita bisa belajar dari Abraham Lincoln, ketika mengawali kariernya sebagai presiden bukanlah pemimpin yang besar, maka ia gemar sekali mendengarkan masukan dan ide dari banyak orang. 

Bahkan, ia membuka lebar-lebar pintu Gedung Putih bagi siapa saja yang memberikan masukan, ide, pendapat, dan kritik. Ia menyebut sesi-sesi mendengarkan ini dengan sebutan "mandi opini publik". 

Selain itu, ia pun dengan setia membaca surat-surat yang masuk dan menganggapnya sebagai sebuah proses pembelajaran menjadi pemimpin. 

Pada waktunya, Abraham Lincoln sungguh-sungguh menjadi presiden yang hebat dan pemimpin besar di Amerika. Menjadi jelaslah, mendengarkan menjadi sebuah proses pendewasaan diri yang bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun