jiwa hendak meronta, apa daya hujan di siang itu membelenggu jiwa dan raga dalam ketermanguan. Terduduk dalam sebuah ketidakberdayaan, tak mampu berteriak, tak mampu melepaskan diri, dari hujan yang mengguyur siang itu, di kala jalanan terasa beradu pandang dalam keheningan. Berdiri dalam penuh keresahan, gelora
Langkah terhenti, budi begitu liar menelusuri segala lika-liku kehidupan yang menjadi catatan dunia tentang kehidupan yang menawarkan makna dan euforia. Langkah terpaku dalam kesendirian jiwa, budi menembus derasnya hujan, menembus segala rasa dan asa dalam segala fantasi dan imajinasi tentang hari esok yang punya cerita.
Dinginnya hujan begitu terasa menembus pori-pori kehidupan, memeluk raga dalam kehampaan, mata penuh harap pada hujan yang segera reda. Semesta belum juga meredakan segala rasa di balik guyuran hujan di siang itu.
Sejenak waktu, perlahan dan pasti, hujan di siang itu terhenti. Ada rasa yang menyelinap di dalamhati, hujan siang itu memberi ruang untuk mengolah hati dan budi dalam satu sinergi pada suatu arti. Hujan siang itu, ada empati dan simpati pada diri untuk hidup yang lebih berarti dan menyentuh hakiki.
Hujan siang itu, telah berhenti, jiwa menggerakkan kaki kembali pada setiap tapak demi mengukir hidup yang berdaya guna pada sesama dan semesta, yang pada akhirnya kembali pada Sang Pencipta.
Makna), Sebuah aliran makna untuk dunia yang lebih baik, berdaya guna, dan melegakan segala jiwa dalam kesatuan hati dan budi. #AM25 (Aliran