Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (80): Menjadi Alat Perdamaian bagi Diri, Sesama, dan Semesta

4 Oktober 2021   04:05 Diperbarui: 4 Oktober 2021   04:22 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuhan, jadikanlah aku alat perdamaian kami. Di mana ada kebencian, biarlah kutabur cinta; di mana ada luka, kutebar maaf; di mana ada kegelapan, kusiram cahaya; dan di mana ada kesedihan, kuberikan kegembiraan. (St. Francis de Asisi)

Kehidupan ini tak akan pernah bisa terjadi sesuai dengan yang kita inginkan karena ada begitu banyak keragaman dan keunikan dalam setiap pribadi sehingga memberikan berbagai ritme dan irama kehidupan yang belum tentu sesuai dengan setiap pribadi di dunia ini. 

Hal-hal baik selalu didengungkan dalam doa, diucapkan dalam harapan, dan dimantapkan dalam komitmen diri untuk menghidupi hidup ini sehingga ada kenyamanan dan ketenteraman di dunia ini dalam relasi antar manusia dan bersama semesta. 

Kembali lagi, ada ketidakcocokan, ketidaksepahaman, dan juga ketidaksukaan satu sama lain dalam komunitas besar kehidupan ini.

Kebencian menjadi sebuah warna dalam kehidupan ini yang tak jarang menjauhkan hidup dengan kedamaian dan keharmonisan. Benci yang membara dalam hati seringkali menembus segala nilai-nilai kehidupan dan memporak-porandakannya dalam segala persepsi dan tindakan yang mengubur logika dan ketulusan hati. 

Cinta dan kasih yang tulus senantiasa akan menghanyutkan kebencian itu perlahan-lahan, seperi halnya air sungai mengalir dan terus mengalir menghayutkan segala kotoran dan sampah sehingga menjadikannya sungai yang bening dan damai untuk dinikmati. 

Kebencian bukan untuk dilawan, namun diterima sebagai karunia dan kesempatan bagi diri untuk setia tetap memberi kasih walau dibenci. Inilah perjuangan untuk hidup damai.

Illustrasi. www.inc.com
Illustrasi. www.inc.com
Hati yang terluka dalam kehidupan seringkali memberikan kepedihan yang tak tertahankan, bahkan terasa ingin membalas atas luka yang tergores dalam ke lubuk hati pada setiap sosok yang telah melukainya. Hati yang terluka telah menutup segala kebaikan menjadi hasrat yang tak kunjung henti pada dendam, jengkel, benci, dan bara untuk membalasnya. Hati yang terluka menjadi tanah tandus di dalam diri yang akan sulit menumbuhkan benih-benih kasih. 

Kemauan dan kemampuan untuk memaafkan dan minta maaf senantiasa menjadi benih baik untuk menyembuhkan luka dan berbuah kasih penuh cinta dan penghargaan. Maaf adalah obat mujarab dalam kehidupan untuk mengobati luka. 

Memaafkan orang yang bersalah pada diri kita dan minta maaf pada orang yang telah kita sakiti, keduanya adalah kedewasaan dan kematangan jiwa yang sangat menyembuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun