Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Humanis (18): Menulis, Inspiratif dan Reflektifnya Pembelajaran

23 September 2021   04:05 Diperbarui: 23 September 2021   04:18 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan terlalu sibuk dengan berlari untuk mengejar target materi dan pencapaian skor tertentu. Saatnya pendidikan memberi ruang dan waktu untuk berekspresi dalam tulisan dan berempati dalam rasa bagi anak-anak.

Malam yang sepi senyap menyelimuti kesendirian sang guru yang tampak sedang termenung di kursi dekat jendela kamarnya. Matanya memandang gemerlip  bintang-bintang di langit dengan sebuah senyum kecil yang mengembang. Pikirannya pun mulai menembus batas ruang dan waktu mengurai kembali masa-masa hidupnya yang telah lewat. 

Masa kecil di sebuah desa yang begitu subur, makmur, dan asri di seberang pulau sana. Ada sendau-gurau bersama teman, saudara, dan keluarga dalam kepolosan dan kasih orang-orang di dekatnya yang menghiasi masa-masa itu.

Pikiran sang guru pun perlahan-lahan mulai menapaki masa-masa remaja. Kenangan akan perjuangan cinta dan cita menghiasi langkah-langkah pikiran malam itu. 

Tak terasa senyum yang mengembang itu diiringi tetes air mata membasahi pipinya. Air mata itu terus mengalir hingga merasuk ke dalam relung-relung hatinya. 

Suka dan duka hidup itu telah membuka jalan baginya untuk sampai pada hari itu, saat sang guru masih termenung di kamarnya.

Tak terasa sang guru pun meraih sebuah buku tua dan kusut. Perlahan-lahan dibukanya buku itu dan tertulis di halaman pertama "28 September 1992, Happy Birthday..." Buku itu adalah hadiah ulang tahun dari seseorang untuk sang guru. Waktu itu sang guru sedang duduk di kelas 2 SMP. Buku itulah yang menjadi kenangan hingga hari ini. Buku itulah awal dari sebuah sejarah hidup yang terus tercatat.

Halaman demi halaman dibuka oleh sang guru. Kadang-kadang sang guru tersenyum ketika membaca untaian kata-kata di buku harian itu. Namun kadangkala juga tampak sedih dan terasa pilu. 

Berbagai ekspresi mengalir seiring dengan gerak tangan membalik halaman per halaman buku harian itu. Malam makin larut, sang guru pun membawa semuanya itu dalam tidurnya yang nyenyak hingga pagi.

Inspirasi Tulisan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun