Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (1): Dunia Menjadi Tempat Belajar

28 Mei 2021   18:18 Diperbarui: 28 Mei 2021   18:21 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. sgold-berjangka.com

Kelakuan buruk merupakan noda seorang wanita,

kekikiran adalah noda bagi seorang dermawan.

Sesungguhnya segala bentuk kejahatan merupakan noda,

baik dalam dunia ini maupun dalam dunia selanjutnya.

(Sidharta Gautama)

Kejahatan dalam bentuk apapun adalah sebuah proses merendahkan kemanusiaan diri sendiri untuk menjadi manusia yang sesungguhnya, jika tidak mau disebut sedang dalam proses menuju binatang secara karakter. Pikiran, nurani, dan perilaku buruk dalam setiap detik kehidupan adalah sebuah proses menuliskan sejarah kehidupan pribadi dalam sketsa hidup di tengah semesta dan sesama seiring membangun peradaban diri yang berujung pada potret diri melalui realita fakta dan opini siapapun pada diri kita.

Sebagai manusia dengan tataran humanisme sejati, mengusahakan kehidupan yang beradab dan berakhlak menjadi sebuah keharusan hidup sebagai bentuk pertanggungjawaban diri pada Sang Ilahi yang sudah menghembuskan kehidupan dalam jiwa dan raga dengan segala keajaibannya. Manusia terlahir dengan segala kepolosan hidup yang penuh kasih sayang di sekitarnya. Manusia terlahir dengan sebuah harapan besar pada keagungan dunia dan berkah surgawi melimpah pada sosok mungil yang baru bisa mengenal tangisan sebagai satu-satunya bahasa penuh makna bagi orang di sekitarnya.

Ilustrasi. kidspot.co.nz
Ilustrasi. kidspot.co.nz
Menangis karena bahagia dikelilingi banyak orang penuh puja-puji dan doa penuh berkah. Menangis karena menjadi istimewa di hari yang istimewa, hari pertama mengenal dunia nyata penuh makna, yang sebelumnya ada dalam selimut rahim ibu yang selalu menjaganya. Menangis karena mulai merasakan berbagai kenyataan peradaban dalam kata-kata yang terucap dari orang di sekitarnya. Menangis karena tidak tahu harus berbuat apa lagi selain menangis dan tetap menangis.

Dunia menjadi tempat belajar manusia mencecap kebijaksanaan hidup, mencerna dinamika dan problema dalam kehidupan bersama sesama dan semesta, dan melihat kembali segalanya dalam kerendahan hati sebagai manusia yang sudah dikasihi oleh Sang Pencipta dalam suka dan duka. Lahir dan bertualang di dunia adalah sebuah kesempatan belajar menjadi manusia pembelajar yang terpelajar dalam memaknai setiap pembelajaran hidup yang sesungguhnya diajarkan oleh Sang Guru ilahi itu sendiri, yakni Sang Pencipta. Mari terus-menerus belajar kehidupan di dunia ini, dan biarlah Sang Pencipta menata dan melayakkan diri kita untuk kehidupan selanjutnya.

Semesta dan Sang Pencipta pun sudah menata hidup kita di dunia. Bersediakah kita menghargai diri kita masing-masing lewat hal baik dan luhur? Semuanya ada di tangan kita. Kebaikan, kebajikan, kebenaran, dan keluhuran hanya bisa dimulai dari dalam DIRI kita sendiri, bukan dari orang lain dan di tempat lain. Mari memulai dari sekarang, detik ini, di tempat ini!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun