Mohon tunggu...
Martin Edy
Martin Edy Mohon Tunggu... Pekerja Konstruksi Telekomunikasi

Seperti kebanyakan orang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidup yang Terperiksa: Peringatan Sokrates untuk Zaman yang Terlupa Diri

11 Oktober 2025   00:19 Diperbarui: 4 Oktober 2025   03:26 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kehidupan yang tidak terperiksa tidak layak untuk dijalani."

Lebih dari 2.400 tahun yang lalu, Sokrates menggugat seluruh peradaban dengan satu kalimat ini. Hari ini, di tengah banjir distraksi dan kesibukan yang tak ada habisnya, peringatannya justru terdengar lebih mendesak daripada sebelumnya.

Apa Sebenarnya "Hidup yang Terperiksa"?

Dalam bahasa yang lebih akrab di telinga kita sekarang, "hidup yang terperiksa" adalah hidup yang disadari sepenuhnya. Ini adalah kehidupan yang tidak sekadar kita jalani, tetapi juga kita renungkan, kita pahami, dan kita pertanyakan. Kebalikannya adalah hidup dalam mode autopilot - bangun, bekerja, scroll media sosial, tidur, dan mengulangi rutinitas yang sama hari demi hari.

Socrates mengajak kita untuk berhenti sejenak dan mempertanyakan:

  • Apakah nilai-nilai yang kita anut benar-benar pilihan kita, atau sekadar tiruan dari sekitar?
  • Apakah kita menjalani hidup, atau justru djalankan oleh hidup?
  • Apakah kita mengejar mimpi sendiri, atau mimpi yang dipinjam dari orang lain?

Mengapa Pemeriksaan Diri Justru Semakin Sulit Sekarang?

Zaman kita adalah zaman yang dirancang untuk melupakan diri. Setiap detik, ada notifikasi baru, konten baru, tren baru yang menuntut perhatian kita. Kita lebih mudah teralihkan. Pekerjaan menguras energi. Media sosial menguras perhatian. Hingga hampir tidak ada ruang lagi untuk bertanya: "Untuk apa semua ini?"

Kita terjebak dalam apa yang disebut "kesibukan kosong" - sibuk sampai lupa tujuan, produktif sampai lupa makna.

Tanda-Tanda Hidup yang Tidak Terperiksa

Beberapa cirinya mungkin akrab dalam keseharian kita:

  • Terus mengeluh tentang pekerjaan, tapi tak pernah berani mencari atau menciptakan yang lain
  • Sibuk mengurus hidup orang lain di media sosial, sambil mengabaikan hidup sendiri
  • Mengejar gelar, jabatan, dan pengakuan, tanpa pernah bertanya "untuk apa?"
  • Merasa hampa di tengah segala kelimpahan materi

Bagaimana Memulai Hidup yang Disadari?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun