Mohon tunggu...
Marthince
Marthince Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Teruslah melangkah, meski langkahmu terasa berat. Kegigihanmu akan membawa cahaya di ujung perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Luka yang Pahit

6 Februari 2024   06:58 Diperbarui: 6 Februari 2024   07:41 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di dalam dada yang sunyi, luka-luka pahit terpendam, Tak lagi tersirat dalam kata-kata, terpendam dalam diam. Seperti reruntuhan yang tak kunjung hilang, Bertahan dalam hati, mengguratkan rasa pilu yang tak terucapkan.

Darah mengalir, mengukir jalur luka yang terdalam, Mengalir seperti sungai, membawa kenangan yang terluka. Setiap langkah terasa berat, tiap senyum terasa palsu, Pahitnya luka yang tak pernah lekang oleh waktu.

Dalam kegelapan, aku berjalan tanpa arah, Membawa beban luka yang teramat dalam. Pahitnya rasa yang merasuk dalam setiap nafas, Menyisakan jejak kepedihan yang tak terhapuskan.

Namun dalam kehampaan itu, kuharap cahaya akan datang, Menerangi jalanku yang kelam dan penuh luka. Meski pahit, luka ini akan kuat aku hadapi, Sebab di baliknya, ada pelajaran yang berharga untuk ku renungkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun