Mohon tunggu...
Marsefio
Marsefio Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Ilmu Komunikasi di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Pelita Harapan Karawaci Tangerang. Saat ini sedang menempuh studi S3 di Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta

Kegemaran saya adalah menulis, menonton film, mengajar, melakukan kegiatan sosial dan kemasyarakatan serta menjadi trainer untuk pelatihan komunikasi efektif untuk sekolah sekolah, public speaking skkill untuk korporat serta kehumasan pemerintah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Hiperrealitas di Media Sosial: Ketika Ilusi Melampaui Kenyataan

26 Juli 2023   15:17 Diperbarui: 27 Juli 2023   08:15 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pengguna Media sosial. (Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO)

Banyak orang yang tanpa sadar menyebarkan informasi palsu karena ingin "ikut berpartisipasi" dalam cerita yang menarik tanpa memverifikasinya terlebih dahulu, hal ini yang sering membuat "blunder" suatu berita / informasi. 

Kecenderungan ini sering terlihat di Whatsapp (WA) grup keluarga dimana sharing informasi sering terjadi, menambah subur ladang berita palsu serta ujaran kebencian (hate speech).

Menghadapi Hiperrealitas di Media Sosial

Untuk mengatasi masalah hiperrealitas yang muncul di berbagai platform media sosial, seperti langkah-langkah yang dapat diambil adalah;

1. Literasi Media Sosial: Pendidikan tentang literasi media sosial harus menjadi prioritas. Masyarakat terutama netizen perlu dilatih untuk mengidentifikasi dan memahami sumber informasi yang dapat dipercaya serta mengenali berita palsu dan hoaks.

2. Transparansi Penggunaan Filter: Para influencer dan pengguna media sosial lainnya harus lebih transparan tentang penggunaan filter dan teknologi pengeditan dalam foto dan video mereka. 

Hal ini dapat membantu masyarakat memahami bahwa apa yang mereka lihat di media sosial tidak selalu mencerminkan kenyataan.

3. Promosikan Kebenaran dan Keseimbangan: Para pengguna media sosial, termasuk perusahaan media, harus lebih aktif dalam mempromosikan berita yang akurat, seimbang, dan berbobot. Jurnalis  harus memprioritaskan integritas jurnalisme dalam menyajikan informasi kepada masyarakat.

Kesimpulan

Hiperrealitas menurut pemikiran tokoh  filsafat kritis Jean Baudrillard ketika dibawa dalam konteks media sosial telah menciptakan dunia maya di mana ilusi seringkali lebih menarik daripada kenyataan. 

Representasi diri yang diolok-olok dan ilusi kehidupan yang sempurna dapat mempengaruhi kesehatan mental masyarakat serta menyebabkan pertentangan dan polarisasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun