"Tapi jalannya agak dipelanin lagi,"
"Di jalan yang kita lewatin ini, mulus. Jadi buat jalan cepat pun lo gak usah takut jatuh,"
"Kasih tahu gue kalau ada apa-apa di jalan ya,"
"Iya, Tyo... Lo gak percaya banget sama kakak lo sendiri. Gue bakal jagain lo,"
'Makasih, Kak.' Â sebenarnya gue pengin bilang itu, tapi gak usah, lah. Gengsi gue. Bukannya udah tugas seorang kakak buat menjaga adiknya ya? Hahaha. Benar, gue adik terlaknat!
Sekitar sepuluh menit setelah bercakap-cakap di jalan, akhirnya kami sampai di taman yang ada track buat joggingnya. Keramaian yang disebabkan oleh suara manusia dan langkah kakinya sudah terdengar jelas di telinga ini.
"Kak, kita duduk dulu buat istirahat ya? Gue capek banget," pinta gue pada Kak Tyco sebelum memulai joggingnya.
"Ini karena lo jarang olahraga. Baru jalan sebentar aja udah capek," jawab Kak Tyco.
"Beneran, Kak, gue capek. Haus pula,"
"Yaudah, kita cari tempat duduk biar lo istirahat dulu, sekalian gue mau beli minum,"
Gue mengangguk. Kak Tyco lalu menuntun gue sambil mencari tempat duduk. Kalian pasti tahu, kan, di setiap taman pasti ada bangku-bangku buat pengunjungnya duduk beristirahat? Iya, di taman yang gue dan Kak Tyco datangi juga sama. Biasanya bangku-bangkunya sudah penuh di tempati, tapi kayaknya Kak Tyco menemukan tempat duduk yang masih tersisa buat adiknya ini.