"Kaus kakinya mau ganti dulu gak? Beda sebelah nih," tanya Kak Tyco sebelum mengikat dengan kencang tali sepatu gue.
"Gak usah, Kak. Gue ngerepotin lo terus jadinya. Lagi juga nanti kesiangan joggingnya," jawab gue.
"Bukannya lo emang ngerepotin gue terus ya? Hahahah."
"Makanya gue gak mau nambah ngerepotin elo,"
"Hahaha... Enggak, Yo. Beneran gak mau diganti?"
"Enggak usah, Kak. Ayo kita berangkat aja,"
"Yaudah, yuk, pegangan tangan gue!" sambil menggandengkan tangan gue di tangannya, Kak Tyco berkata. Ia juga mengambil dan melarang gue membawa tongkat yang selama ini membantu gue dalam berjalan. Alasannya ribet. Padahal adiknya ini butuh tongkat buat memudahkan berjalan dalam gelap. Tapi, benar juga ya? Jogging mana ada bawa-bawa tongkat?
"Kak, jalannya pelan-pelan!" protes gue saat Kak Tyco terlalu cepat melangkahkan kakinya yang menyebabkan gue sesekali tersandung kaki sendiri.
"Ini gue jalannya pelan, Yo. Lonya aja yang kelamaan jalannya," ia juga ikut protes menjawabnya.
"Gue takut, Kak,"
"Takut apaan sih, Yo? Takut jatuh karena kesandung batu? Karena ada lubang juga? Lo gak jalan sendirian, Yo. Lo jalan berdua kakak lo. Lo tenang aja, gue bakal jagain lo."