Mohon tunggu...
SITI MARIYAM
SITI MARIYAM Mohon Tunggu... Wiraswasta - (Pe)nulis

Siti Mariyam adalah gadis yang lahir di planet bumi pada tahun 1999 silam. Gadis yang lahir dan tinggal di Tangerang Selatan ini mulai tertarik dunia kepenulisan sejak akhir masa SMP. Dari mulai hobi menulis diary hingga membaca cerpen-cerpen di internet juga novel. Ia selalu mencatat setiap kata baru yang ditemuinya saat menonton film dan membaca untuk menambah kosa kata dalam menulis ceritanya nanti. Dari semua itu, telah lahir beberapa cerita yang bisa kamu nikmati di halaman Kompasiana pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

I Love You My Brother (Part 9)

8 Desember 2022   23:48 Diperbarui: 28 Februari 2024   10:18 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mau sampai kapan kamu seperti ini? Kalau kamu gak makan nanti sakit."

"Biarin aja aku sakit, biar sekalian aku ikut sama kakak!"

"Kamu bicara apa, sih? Kamu harus tetap hidup. Kamu masih punya masa depan dan juga punya cita-cita. Kamu gak boleh kaya gini terus,"

"Tapi aku udah gak punya kakak. Aku sayang sama kakak, Bu."

"Ibu tahu kamu sayang kakak. Jangankan kamu, ibu dan ayah juga sayang sama kakak. Tapi kakak udah gak ada, kita harus bisa mengikhlaskan kakak pergi."

"Tapi aku gak mau kakak pergi, Bu."


"Vita, Tuhan yang menciptakan kakak di dunia ini, dan Tuhan juga yang berhak atas hidup dan mati kakak. Tuhan menitipkan kakak pada ayah dan ibu sebagai anak kita, dan menjadi kakak buat kamu. Sebagai manusia, dan orang yang ada di sekeliling kakak, kita harus bisa menerima rencananya untuk kakak, karena kita tidak bisa menentang kehendak-Nya."

Aku hanya bisa menangis mendengar kata-kata ibu yang menasehatiku untuk bisa merelakan kakak pergi. Kakak tidak butuh tangisan dariku, yang ia butuhkan adalah doa, agar ia bisa di tempatkan di tempat yang terbaik di sana. Buat apa aku menangis? Sampai aku menangis darah pun kakak tidak bisa hidup kembali.

Ibu menenangkanku di dalam pelukannya ketika aku menangis sampai tersedu-sedu. Ibu selalu ada di sampingku di saat aku benar-benar rapuh menerima semua ini. Ketika aku mau bilang ke ibu bahwa aku mau makan, tiba-tiba dadaku kembali terasa sesak, aku kesulitan bernafas. Apa Tuhan mendengar ucapanku tadi dan akan mempertemukanku pada Kakak?

Apa Tuhan juga marah denganku karena aku tidak bisa memaafkan teman-temannya Kakak?

Oh, tidak! Tuhan, aku menarik ucapanku tadi. Aku ingin tetap hidup di dunia ini bersama ibu dan ayah, aku ingin memperbaiki diriku menjadi yang lebih baik lagi, dan aku juga ingin meraih cita-citaku. Aku semakin kesulitan bernapas. Ibu, tolong aku! Aku akan menuruti kata-kata ibu. Dan teman-teman kakak, aku memaafkan kalian.

Berlanjut...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun