Kemudian datang mantra paling sakral:
"Dia melanggar konstitusi! Mengatur Mahkamah demi ambisi!"
Padahal yang diangkat lembaga negara,
dan yang disidang bukan dia.
Tapi tak masalah, asal cocokkan narasi,
tak peduli beda lembaga atau fungsi.
Jika ada yang membela sedikit,
langsung diteriaki: "BuzzerRP! Dibayar berapa, bro?"
Padahal cuma rakyat biasa,
yang lelah lihat logika ditekuk fakta.
Mereka marah saat dikritik kasar,
tapi menghina Jokowi katanya biasa.
"Namanya juga demokrasi,"
tapi demokrasi versi mereka saja.
Dan mantra terakhir sebelum tidur:
"Dia gagal! Negara mau bubar!"
Tapi tiap pagi, negara tetap bangun,
lebih kuat---meski mereka tak mau akui.
---
Epilog:
Kadang benci itu seperti jampi,
diulang-ulang walau kenyataan tak sepakat.
Mereka lebih percaya hoaks dari grup sebelah,
daripada data dari lembaga sah.
Melanggar konstitusi katanya serius,
tapi narasinya selalu copy-paste dan klise.
Logika dilawan dengan dugaan,
dengan harapan rakyat ikut larut dalam kemarahan.
Tapi tenang saja, mantra itu tak sakti,
selama rakyat masih pakai logika, bukan ilusi.
---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI