Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Nakal Dibawa ke Mana? Mendidik Bukan Menghakimi

12 Mei 2025   16:46 Diperbarui: 12 Mei 2025   17:21 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendidik anak (mybaby.co.id)

"Semua anak terlahir baik. Tapi lingkungan lah yang membuatnya menjadi berbeda."-- Jean-Jacques Rousseau

---

Polemik mencuat sejak Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menggagas kebijakan yang cukup kontroversial: anak-anak "nakal" dan bermasalah dikumpulkan dan dibina dalam suatu tempat khusus yakni ke barak militer. Langkah ini menuai pujian sekaligus kecaman. Sebagian menyebut ini bentuk kasih sayang; sebagian lain melihatnya sebagai tindakan semi-represif terselubung.

Pertanyaannya: anak nakal harus dibawa ke mana?

Siapa yang Nakal, Siapa yang Menentukan?

Definisi "nakal" sendiri kabur. Dalam praktiknya, istilah ini kerap digunakan secara subjektif, tergantung siapa yang menilai dan dalam konteks apa. Bagi guru, anak yang sering membantah bisa dianggap nakal. Bagi tetangga, anak yang suka nongkrong hingga larut malam masuk kategori nakal. Tapi apakah itu berarti mereka kriminal?

Psikolog anak dari Universitas Indonesia, Dr. Roslina Verauli, menyatakan:

"Ada perbedaan besar antara perilaku menentang dan perilaku kriminal. Anak-anak yang suka membangkang belum tentu bermasalah secara psikologis. Sering kali mereka hanya sedang mencari identitas."

Label "nakal" terlalu mudah dijatuhkan oleh orang dewasa yang kadang lupa bahwa mereka sendiri pernah melanggar aturan saat muda.

Barak Militer: Mendidik atau Menyingkirkan?

Dedi Mulyadi berdalih, tempat seperti barak bukanlah untuk menghukum, melainkan untuk membentuk karakter.

"Kami tidak sedang menghukum anak-anak. Justru kami menyelamatkan mereka dari lingkungan yang bisa menjerumuskan lebih dalam," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun