Gerakan global seperti iNaturalist sudah membuktikan bagaimana anak muda bisa menjadi mata tambahan bagi ilmuwan. Bayangkan jika gerakan serupa diperluas di Indonesia, dengan masyarakat adat sebagai pemandu, dan teknologi sebagai penghubung---konservasi akan menjadi gerakan bersama, bukan proyek sesaat.
Dukungan Pemerintah: Dukungan akan Kelestarian
Tetapi teknologi dan adat saja tidak cukup. Pemerintah memegang peran vital yang selama ini lemah. Ada tiga hal mendesak yang harus diperbaiki.
Pertama, percepatan pengakuan hutan adat: hingga 2023 baru 4,8 juta hektar yang diakui negara, padahal potensi klaim mencapai 20 juta hektar. Tanpa pengakuan legal, masyarakat adat tetap rentan digusur.
Kedua, pembangunan infrastruktur harus sensitif terhadap ekologi. Jalan, bendungan, atau jalur kereta harus dilengkapi wildlife corridor agar satwa tetap bisa bermigrasi.
Ketiga, konservasi perlu jaminan permanen. Dana konservasi tidak boleh hanya bergantung pada donor jangka pendek, tetapi harus dijalankan melalui skema nasional, misalnya pajak lingkungan atau mekanisme REDD+.
Namun perjuangan ini tidak berdiri sendiri. Dunia internasional pun sedang memperhatikan. Indonesia punya tanggung jawab moral sekaligus peluang besar.
Orangutan adalah "tukang kebun hutan" yang menjaga regenerasi pohon tropis, gajah adalah "arsitek ekosistem" yang membuka jalur migrasi tumbuhan, dan harimau menjaga keseimbangan rantai makanan. Menyelamatkan mereka berarti ikut menjaga paru-paru bumi dan kestabilan iklim global.
Dan jangan lupa: satwa-satwa ini bukan hanya penting bagi ekosistem, tapi juga bagi manusia. Hutan tempat orangutan tinggal adalah sumber air bagi jutaan warga. Koridor migrasi gajah membantu menjaga keragaman tumbuhan yang menjadi obat dan pangan. Harimau yang menekan populasi herbivora menjaga agar hutan tidak habis dirusak ledakan populasi rusa atau babi. Menyelamatkan satwa karismatik sama artinya dengan melindungi masa depan kita sendiri.
Lebih dalam lagi, satwa karismatik juga hidup dalam cerita spiritual bangsa. Di tanah Dayak, orangutan disebut "kakek rimba," di Sumatra harimau dipercaya sebagai roh penjaga, dan gajah dipandang suci dalam tradisi Hindu. Artinya, kehilangan mereka bukan sekadar krisis ekologis, melainkan krisis budaya dan moral. Menyelamatkan satwa sama artinya menjaga jiwa bangsa.
Harapan untuk Masa Depan