Tabel 3. Tabel Perhitungan Rasio Kas
Gambar 2. Diagram rasio lancar dan rasio kas PT CAMP
Berdasarkan diagram diatas, rasio likuiditas PT CAMP di tahun 2019 adalah 12,63 Â artinya setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh Rp 12,63 aset lancar. Kemudian di tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 13,27 yang berarti kemampuan aset lancar dalam menjamin kewajiban jangka pendek semakin tinggi dibandingkan tahun 2019. Namun di tahun 2022 likuiditas kembali mengalami penurunan.
Berdasarkan diagram diatas, rasio likuiditas PT CAMP di tahun 2019 adalah 6,07 artinya setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh Rp 6,07 kas dan setara kas. Kemudian di tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 8,45 sesuai dengan pada gambar ditabel. Pada tahun 2021 mengalami kenaikan yang signifikan dari pada tahun 2019 dengan kas dan setara kas. Dan terjadi penurunan yang signifikan pula pada tahun 2022 dengan ditandai rasio kas dan setara kas berada pada 6,99 yang berarti perusahaan tidak mampu menjaga rasio kas dan setara kas perusahaan tersebut sehingga mengalami penurunan.
Rasio Solvabilitas
Rasio yang digunakan adalah Debt to Equity ratio (DER) Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur berapa besar penggunaan utang dalam pembelanjaan asset perusahaan. Rumus rasio tersebut adalah sebagai berikut:
      DER               = Â
Tabel 4. Tabel Perhitungan DER PT Campina Ice Cream
Berdasarkan table diatas, rasio DER PT CAMP ditahun 2019 adalah 13,06 artinya dari keseluruhan asset yang dimiliki perusahaan sebesar 13,6% didanai oleh hutang. Begitu pula pada tahun 2020 perusahaan didanai oleh hutang sebesar 13,1%. Menunjukkan penurunan dana hutang yang artinya perusahaan membaik disebabkan oleh pengelolaan hutang yang efisien. Kemudian pada tahun 2021 RAsio DER mengalami penurunan sebesar 12,7% yang artinya perusahaan sempat mengalami keinakn karena dapat mengelola hutangnya secara perlahan. Lalu, pada tahun terakhir 2022 perusahaan Kembali mengalami masa penurunan atau kerugian disebabkan rasio DER yang naik hingga 14,1%. Dan dapat dikatakan perusahaan belum mampu untuk mengoptimalkan hutang yang ada sehingga perusahaan dikataan tidak efisien.