Saya jadi ingat dengan pemberitaan kasus perceraian selebritis beberapa tahun lalu, di mana konon katanya diberitakan jika sang suami tidak pernah memberi nafkah kepada istri. Sang suami menganggap dirinya sudah bertanggung jawab karena seluruh pengeluaran bulanan rumah tangga dibayar oleh suami. Namun sang istri merasa dirinya tidak pernah diberi uang bulanan sekadar untuk jajan oleh suami.
Saya tidak akan membahas lebih lanjut mengenai kisah selebritis tersebut, namun hanya ingin memberi contoh kecil saja bahwa permasalahan rumah tangga kalau menyangkut uang memang sudah sensitif sekali sifatnya.
Sebaiknya memang seluruh anggota keluarga yang berada dalam satu rumah bisa saling terbuka dalam membahas kondisi keuangan keluarga. Namun tentu saja orangtua tidak perlu membahas kondisi keuangan dengan anak-anak secara detail karena mereka toh belum paham sepenuhnya.
Yang sebaiknya harus dilakukan orangtua kepada anak adalah menanamkan pengertian secara tidak langsung tentang kondisi keuangan kedua orangtua mereka, dengan menggunakan bahasa yang sederhana jika anak masih kecil. Berbeda jika anak-anak sudah berada di usia remaja dan dewasa, di mana orangtua bisa menggunakan bahasa lugas dalam menjelaskan kondisi keuangan kepada anak-anak.
Membahas kondisi keuangan keluarga bersama anggota keluarga lainnya dalam satu rumah sebenarnya bukan hal yang tabu, malah sebisa mungkin tiap anggota keluarga bisa saling terbuka. Tentu saja yang saya maksud adalah keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya jika ada.Â
Keterbukaan dalam membahas kondisi keuangan keluarga khususnya dalam hal ini adalah antara suami dan istri. Kalau anak, menurut saya masih bisa mengikuti asalkan orangtuanya kompak terhadap pengelolaan keuangan rumah tangga. Bukankah anak-anak pada umumnya manut orangtuanya saja.
Terbuka Mengenai Kondisi Keuangan Keluarga, Dapat Memberikan Rasa Aman Finansial
Ada yang bilang beban itu kalau ditanggung sendiri-sendiri maka akan terasa berat, namun apabila ditanggung bersama maka akan terasa ringan. Sama halnya juga dengan kondisi keuangan dalam tiap keluarga yang tentunya punya permasalahan yang berbeda-beda. Keluarga muda yang baru punya anak bayi pasti akan merasa berat dengan pengeluaran popok, susu dan printilan bayi lainnya.Â
Sementara keluarga yang punya anak di mana masing-masing akan masuk kelas 1 SMP dan kelas 1 SMA pasti akan merasa cukup berat memikirkan uang seragam dan keperluan sekolah lainnya.
Bahkan pasangan suami istri yang belum atau tidak punya anak saja akan punya permasalahan keuangan juga manakala mereka harus menghidupi kedua orangtua dari kedua belah pihak yang beranjak sepuh.
Kondisi keuangan dalam sebuah keluarga tidak hanya jadi beban laki-laki sebagai suami saja. Memang seorang istri tidak berkewajiban mencari nafkah, namun pada kenyataannya sebagian istri dalam rumah tangga ikut membantu perekonomian keluarga dengan bekerja kantoran. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, asalkan istri ikhlas dan suami juga bisa lebih menghargai istrinya.