Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksi Mini: Tiga Hati yang Terjerat

11 Oktober 2023   04:52 Diperbarui: 11 Oktober 2023   05:01 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

                  Tiga Hati yang Terjerat

       Ia mendekat,"Bagaimana perasaanmu?" tanyanya pelan.
Aku mematung, pikiranku buntung. Ada yang mengganjal hati dan pikiranku.
     "Ada yang ingin kusampaikan," kataku ragu.
      Sekarang ia mematung, menatapku seolah memintaku  mengatakannya sekarang.
     "Kita sudahi kisah ini," kataku.
     "Masikah engkau tak sadari besarnya cintaku?"
     "Aku merasakannya. Bahkan merindu kasihmu dalam tiap nafasku."
     "Kenapa harus sampai di sini?"
      "Kau tidak mengerti penderitaanku. Aku terikat. Hidupku dirantai, Sar," kataku, berharap Sartika memahami.
     Ia menangis. Aku tak sanggup melihatnya. Aku mendekat. Mengusap air matanya.
    "Jangan pergi, Ndra," katanya.
    "Maaf, Sartika. Kepergianku bukan karena tidak mencintaimu," bisikku.
    Aku mengeratkan pelukan. Aku merasakan kesesakan di dada. Aku tak sanggup melawan perintah ayahku. Aku merelakan cintaku, demi ayah! Ini pilihan yang sulit, mesti aku jalani, sekalipun pahit.
     "Peluklah selama mungkin. Mungkin besok tidak lagi," kata ayahku yang tiba-tiba saja ada di sini.
      Sartika melepaskan pelukannya. Ia tampak takut menatap wajah garang ayahku. Demikian pun aku, takut ayah!
     "Maaf, Ayah,..."
     Aku tak menyelesaikan kalimatku. Ayah menyela. Aku makin takut. Riani, gadis yang dijodohkan denganku senyum-senyum. Ia menang dalam pergulatan batin ini.
     "Riani hendak berbicara denganmu," kata ayah.
     Aku manggut, tanda setuju. Ayah melangkah, menunggu di parkiran. Mungkin ia mengerti, tak seharusnya perbincangan kami didengar. Riani menghilang entah ke mana. Aku tak sanggup menahannya. Api cinta sungguh membakarnya. Riani memulai bicara. Aku menyimak saja.
    "Baiklah, aku pergi," kata Riani setelah menjelaskan.
    Aku masih tak mengerti. Hanya saja ini baik bagiku. Aku duduk merenung. Perjalanan ini sungguh menguji diriku.
      "Sar," panggilku saat Sartika mendekat.
      "Darimana saja?" tanyaku.
       Aku memeluknya.
      "Sar," panggilku.
      "Sst,..., tak perlu dijelaskan," potong Sartika.
       "Ayo, pulang!" kata pria tegap yang baru datang.
       "Aku pergi, Ndra," kata Sartika.
       "Apa maksudnya ini?" tanyaku.
       Aku diam dalam ribuan tanya yang susah kutebak jawabannya.
       "Ting...," ponselku berdering.
       Aku segera membuka pesan Sartika.
       "Abangku dijodohkan dengan pacarmu, Sartika, sebagai ganti penolakanmu terhadapku," pesannya
       Aku kalut. Tak semestinya ini terjadi. Drama Sartika sungguh luar biasa.

10 Oktober 2023
     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun