Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayahku Baik, Baik Sekali!

20 Februari 2023   09:17 Diperbarui: 20 Februari 2023   09:19 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

               Untuk ukuran kecamatan, kampungku adalah yang paling ramai. Ada pasar mingguan yang tak jauh dari rumahku. Ada lembaga pendidikan SMA, SMP, dan SD. Kampungku adalah muara segala kegiatan. Aku jadi bangga dilahirkan di kampungku ini. Saking ramaianya, perkembangan segala lini kehidupan sangat cepat. Orang-orang di kampungku sangat akrab dengan media sosial, yang sebelumnya sangat buta akan hal itu. Begitulah kampungku sekarang ini.

             Bisnis baru ayahku pun sangat lancar, sesuai rencana yang sudah dirancang. Seperti pebisnis lainnya, ayah memanfaatkan media sosial untuk memasarkan dagangannya, khususnya ayam pedaging. Ayah bahkan memiliki anak buah tukang antar ayam jika di pesan. Khusus sekitar kampung. Untuk konsep bisnis, rencana ayahku tidak ada cacat. Ayah sepertinya pintar membaca peluang. Kios semakin ramai hari ke hari. Bisnis ayam pedaging lancar. Semua kebutuhan warung makan sekitar kampung menjanjikan. Panggilan bos untuk ayahku tidak ada salahnya.

"Gimana, Bu? Ayah pintar kan?" kata ayah menggoda ibu yang masih sibuk menyeduhkan kopi untuknya.

            Seperti biasa, ibu hanya tersenyum, lalu berkata, "Tidak salah kan, Ibu pilih Ayah menjadi suami?" canda ibu sambil menghidangkan kopi hangat untuk ayah sore itu.

Ayah menyeka keringat yang mengucur di dahinya sehabis membersihkan kandang ayam di belakang rumah.

"Tidak salah, Bu," jawab ayah.


             Sambil menikmati kopi, ayah sibuk menulis. Aku tidak mengerti apa yang dibuat ayah. Kira-kira, ayah sibuk menganalisa keuntungan atau kerugian dari bisnis barunya. Dari raut wajahnya yang kerap tersenyum, bisa ditebak, ayah dapat untung besar bulan ini.

"Super, Bu," katanya diiringi tawa khasnya.

"Syukur, Yah," respon ibu.

             Aku masih asyik dengan mainan mobil-mobilan yang baru saja ayah belikan di pasar tadi. Ah, ayahku memang baik. Baik sekali. Aku bangga menjadi anaknya. Di sela-sela kesibukannya, ayah menggendongku sperti biasanya, meski aku tidak merengek. Begitulah ayahku, selalu menunjukkan kasih sayangnya setiap waktu. Ayahku memang baik. Baik sekali.

                                                                                                                          ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun