Mohon tunggu...
Marhaenaputra Sondakh
Marhaenaputra Sondakh Mohon Tunggu... Relawan - Bekerja dan Berdoa

Kerja,kerja,kerja

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menelusuri Komitmen dan Gebrakan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, Memajukan Pariwisata Daerah

29 April 2019   19:35 Diperbarui: 17 Mei 2019   11:00 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Menteri Pariwisata Arief Yahya menyerahkan penghargaan The Rising Star Destination Of The Year kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan di terima Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey pada Even Jakarta Marketing Week, 25 April 2019 lalu.

Minggu ini penulis membuat tulisan, terinspirasi untuk menelusuri Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey atas komitmen dan gebrakannya memajukan pariwisata daerah sehingga Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan penghargaan The Rising Star Destination Of The Year 2019.

Penulis pun mulai menelusuri, khususnya momen momen penting mulai dari   pencalonan sebagai Gubernur Sulawesi Utara sampai dengan komitmen dan gebrakannya memajukan pariwisata daerah.

Syukur akhirnya penulis dapat menelusuri dan alhasil dapat dituangkan dalam tulisan ini.

Dimulai  dari  Hotel Grand Puri Manado tanggal 26 september 2016, waktu itu Olly Dondokambey sebagai anggota DPR RI 2014-2019  yang baru saja diusung PDI Perjuangan sebagai calon Gubernur Sulawesi Utara berpasangan dengan calon Wakil Gubernur Steven Kandouw di pemilihan kepala daerah Sulawesi Utara  tahun 2015-2020, melaunching buku nya  "Membumikan Trisakti Melalui Nawacita"

Ketika itu, Olly Dondokambey mengatakan, visi Nawacita Presiden Joko Widodo adalah operasionalisasi konsep TRISAKTI Bung Karno. "Melalui buku ini saya berusaha menggali kembali konsep Trisakti dan mencoba melihat operasionalisasinya dalam program NAWACITA presiden", katanya.

Ada kesan kuat dimana pilihan publik berpihak pada pasangan calon yang berhasil mentransfer gagasan besar ekonomi mandiri itu ke dalam rancangan program nyata. Pasangan calon Jokowi-Kalla, yang mentransfer Nawaksara Soekarno (yang di dalamnya terkandung gagasan tentang ekonomi mandiri) menjadi "Nawacita" menjadi pilihan publik.

Sesudah ditetapkan sebagai Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dituntut untuk merealisasikan gagasan ini sebagai program-program di atas kertas menjadi program-program real. Tuntutan ini memaksa kita, juga saya, untuk menggali gagasan asli ekonomi mandiri ini dari 'Sang Pemula', Soekarno.

Saya sendiri tergerak untuk menggali hal-hal mendasar (hakikat) dari gagasan ekonomi mandiri tersebut karena insaf bahwa sebagai wakil rakyat saya bersentuhan secara langsung dengan politik ekonomi (anggaran) bangsa ini. Lebih dari itu, saya merasa terpanggil untuk menjawab tuntutan rakyat mengenai kuriositas tentang ekonomi mandiri.

Olly Dondokambey mengatakan, Soekarno menguraikan gagasan tentang ekonomi selalu dalam konteks dan keterkaitan dengan politik dan kebudayaan. Politik, ekonomi, dan kebudayaan, dengan begitu, adalah tiga fondasi utama yang terjalin  dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, pembahasan tentang ekonomi mandiri ini akan di kembangkan dalam tiga bagian utama, yakni: ekonomi mandiri an sich, politik-ekonomi mandiri, dan mental-ekonomi mandiri.

Ekonomi mandiri menurut Olly Dondokambey adalah antithesis dari ekonomi imperialism. Imperialisme, dalam kaca mata Soekarno, tidak hanya berarti penaklukan geografis, tidak hanya eksploitasi sumber daya alam. Imperialisme juga adalah perampasan kedaulatan negara peminjam modal dalam mengelola 'rumah tangga' bangsanya sendiri. Kapitalisme jelas merupakan agenda negara pemodal untuk selamanya memposisikan diri sebagai negara superior dan menempatkan negara peminjam modal dalam posisi tergantung, terdikte, tak mandiri, tak berdaulat, bukan pusat (periferik), subordinat, atau inferior.

Ekonomi mandiri membutuhkan posisi mental tertentu dari negara-bangsa Indonesia. Mental yang selalu ditekankan Soekarno adalah self-reliance. Ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi menuntut prinsip berdikari.

Dalam buku itu, Olly Dondokambey juga secara terbuka mengatakan, reformasi 1998 seharusnya mampu membawa Indonesia mampu berkompetisi dalam meja kompetisi global dan menciptkan banyak hal terkait reformasi birokrasi pusat-daerah, reformasi hukum dan penegakan keadilan sosial. Sayangnya tanda-tanda perubahan belum nampak. Itu terjadi karena negara gagal menegakkan kedaulatan politik dan kemandirian ekonomi.

Untuk menjawab tantangan itu, Olly dalam buku itu meminta para politisi melakukan konsensus politik untuk kepentingan rakyat. Artinya kebijakan-kebijakan publik perlu diperdebatkan secara rasional dan transparan di ruang publik agar rakyat paham apa yang dilakukan pemimpin bangsa ini.  Maka, Pertama, reformasi harus dimulai dari pemerintah. Bersihkan birokrasi dari korupsi, galakan transparansi dan akuntablitas badan publik.

Kedua, rakyat miskin perlu perhatian intens pemerintah dan DPR. Pemerintah dan DPR memikirkan secara serius regulasi bagi pekerja, merancang UU jaminan sosial dan ansuransi kesejahteraan lainnya.

Ketiga, pemberdayaan sektor riil. Pemerintah dan DPR mesti sepakat memberi porsi besar untuk memberdayakan sektor pertanian, keluatan dan UMKM.  Di sektor pertanian, DPR perlu memperjuangkan pemberdayaan petani melalui politik anggaran  untuk membeli bibit unggul dan pupuk agar produktivitas meningkat, sehingga berefek pada daya saing produk-produk pertanian ketika dilempar ke pasar.

Selanjutnya dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah Sulawesi Utara  tanggal 9 desember 2015 lalu,pasangan calon Gubernur Olly Dondokambey dan calon Wakil Gubernur Steven Kandouw menang dalam pemilihan kepala daerah sulawesi utara. Dengan meraih kemenangan dengan perolehan 647.253 suara atau 51, 41 %, sedangkan lawannya pasangan  Benny Mamoto -  David  Bobihoe Akib yang diusung Golkar mendapatkan  389.463 suara atau 30,94 % dan  sedangkan pasangan Maya Rumantir - Glenn Kairupan yang diusung Demokrat hanya mendapatkan 222.233 suara atau 17.65 %.

Lebih lanjut, pasangan calon Gubernur Olly Dondokambey  dan Wakil Gubernur Steven Kandouw  yang diusung PDI Perjuangan  ditetapkan oleh KPU Sulawesi Utara sebagai pemenang pemilihan kepala daerah dan di lantik Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara Jakarta  tanggal 12 Februari 2016.

Namun setelah dilantik sebagai kepala daerah, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey terbeban bagaimana membawa sulawesi utara maju dan terdepan di Indonesia khususnya dibagian timur Indonesia.


Apalagi untuk menjawab  beberapa komitmennya seperti yang dia tulis  dalam bukunya " Membumikan Trisakti Melalui Nawacita " antara lain yang ditulisnya meminta para politisi melakukan konsensus politik untuk kepentingan rakyat. Tentunya konsensus politik  dari Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey  dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw pada saat kampanye pemilihan kepala daerah yaitu bagaimana mau memajukan Sulawesi Utara melalui program-program yang nyata dan konkrit serta dirasakan langsung oleh rakyat sulawesi utara.

"Saat dilantik saya berpikir bagaimana mau memajukan Sulut ini, kemudian saya ketemu Hermawan Kertajaya dia sarankan saya untuk memajukan pariwisata, " kata Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey pada saat itu.

Sebuah pengalaman kemudian membuat Dia serius memikirkan usulan Hermawan tersebut. "Suatu saat ada turis datang ke Bunaken, pulangnya mereka diikuti lumba lumba, mereka senang, akhirnya saya berpikir bisa juga ya," kata dia.

Seperti sudah ditakdirkan, tiba tiba Gubernur Sulawesi Utara  Olly Dondokambey bertemu pemilik Lion Air Rusdi Kirana. Rusdi Kirana bersedia membantunya dengan menyediakan rute pesawat ke China.

Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey pun berjibaku mengurus izin.

"Saya menghadap Menkumham beres, Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan, aman, lantas ada pula hambatan terakhir, saya minta izin presiden, aman pula, " kata dia.

Kemudian  tanggal 4 juli 2016, yang juga dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah bangkitnya pariwisata Sulawesi Utara, dimulainya penerbangan perdana China ke Manado dengan membawa turis.

Tepatnya jam 07.15 wita, Lion Air jurusan Guangzhou landing. Kemudian disusul dua penerbangan Lion berikutnya dari Changsa dan Chongchin, suasana meriah nampak terlihat dan antusiasnya turis china  meski kelelahan setelah terbang 3.5 jam dari negaranya mengalir keluar dari pintu kedatangan internasional.
Setelah 3 flight Lion air, kemudian menyusul satu flight Sriwijaya Air dan Citilink. Semua adalah Charter flight ketika itu.

Sulawesi Utara mencatat sejarah. Tak ada yang pernah menyangka, Sulawesi Utara akan menjadi gerbang masuknya wisatawan dan investasi asing dari utara,. Sebab selama ini yang terjadi hanyalah Bali dan Jakarta sebagai pintu masuk. Tapi kali ini, Sulut telah membuktikan bisa, ini sebuah sejarah.

Keberhasilan ini tak lepas dari komitmen dan gebrakan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey yang meski baru 4 bulan 22 hari  memimpin Sulawesi Utara saat itu, bisa melakukan terobosan dalam bentuk lobi kuat di Jakarta.

Pesimisme bahwa pariwisata Indonesia akan stuck karena keterbatasan pintu masuk, yang selama ini hanya andalkan Bali dan Jakarta yang bandara dan obyek wisata nya kian ramai dan tak nature lagi, ternyata menghasilkan spirit baru. "There's a new Bali on North, Indonesia" tulis seorang blogger China tentang Sulawesi Utara.

Tak mudah perjuangan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey mewujudkan keberhasilan ini. Wakil Gubernur Sulawesi Utara  Steven Kandouw pada saat itu mengatakan,  untuk membangun pariwisata, Pak Gubernur Sulawesi Utara  Olly Dondokambey  sudah memikirkan masalah konektivitas pesawat terbang langsung harus diwujudkan. Lalu kendala bandara tidak 24 jam saat itu, dan bukan Bandara Visa on Arrival hingga perijinan alot penerbangan langsung yg kurang lazim dilakukan di luar Jakarta dan Bali.

"Semuanya itu diterobos Pak Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey. Tantangan gak sedikit. Kasarnya, Pak Gubernur Sulawesi Utara  Olly Dobdokambey  sampai ngotot menggebrak meja birokrasi yang menghalangi kemajuan rakyat dan daerah di Sulawesi Utara melalui Charter flight ke Sulawesi Utara saat itu." Kata Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw.

"itu semua membutuhkan lobi dan network di pusat dan hanya pak Gubernur Sulawesi Utara  Olly Dondokambey yang mampu begitu" tegas Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw.

Di sisi lain setelah ada penerbangan langsung dari China ke manado dan atau saat pariwisata mulai dihidupkan, tantangan berupa sindiran hingga cercaan pesimisme dengan tudingan mengada ada sempat dilontarkan segelintir oknum. Mulai dari hujatan pariwisata akan gagal karena turis tak akan betah akibat infrastruktur dan atraksi budaya yang kurang hingga kotornya obyek wisata.

Semua  dihadapi Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey sembari menjadikan semua itu sebagai masukan positif. Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey pun tetap maju dan membenahi apa yang kurang.

"Untuk Sulawesi Utara semua bisa" Kata Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey.


Alhasil  beberapa tahun  kemudian Provinsi Sulawesi Utara  menjadi bintang baru pariwisata Indonesia setelah sukses mendorong pertumbuhan kinerja pariwisatanya hingga 600 persen dalam empat tahun terakhir.

Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Utara terus meningkat.

Pada Tahun 2015 sebanyak 20 ribu, Tahun 2016 meningkat menjadi 40 ribu atau dua kali lipat. Kemudian Tahun 2017 sebanyak 80 ribu, dan tahun 2018 meningkat menjadi 120 ribu.

Begitu juga pergerakan wisatawan nusantara dari sekitar 2 juta menjadi 4 juta atau dua kali lipat, padahal di daerah lain hanya sekitar 5 sampai 10 persen.

Menteri Pariwisata Arief Yahya pun seusai meluncurkan Calender of Event Sulut 2019 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, Kantor Kementerian Pariwisata, Senin (22/4) lalu, mengatakan pariwisata Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan tertinggi, dalam empat tahun terakhir yakni tumbuh sebesar 6 kali lipat atau 600 persen sehingga layak mendapat penghargaan sebagai 'The Rising Star'.

Akhirnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan Penghargaan The Rising Destination Of The Year 2019 dari Kementerian Pariwisata RI dan Penghargaan ini  diserahkan langsung Menteri Pariwisata RI Arief Yahya kepada Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey pada event Jakarta Marketing Week, Kamis (25/4/2019)lalu.

Menteri Pariwisata  Arief Yahya dalam penyerahaan penghargaan itu mengatakan, kunci sukses Provinsi Sulawesi Utara salah satunya terletak pada komitmen pemimpin daerahnya dalam mengembangkan sektor pariwisata.

Akhirnya dari hasil penelusuran sebagaimana telah di urai diatas,  penulis pun  berpikir seharusnya komitmen dan gebrakan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey dalam pariwisata daerah yang didukung Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw dengan  membawa Pemerintah Provinsi meraih penghargaan The Rising Star Destination Of The Year 2019. Menjadi Role Model bagi semua kepala daerah dalam memajukan pariwisata. Lebih Khusus bagi kepala daerah kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Utara.


Disamping itu juga,  penulis pun tidak sabar lagi, untuk melihat kejutan kejutan atas  jumlah kunjungan pariwisata di provinsi sulawesi utara baik wisatawan mancanegara maupun nusantara yang akan dicapai pada tahun tahun berikutnya.

Yang tentunya peningkatan jumlah wisatawan itu akan membawa dampak bagi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara.
Namun tentunya untuk melihat hasil kejutan itu, pasangan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw yang habis masa jabatan  12 Februari 2021. Maju dan berpasangan kembali sebagai calon kepala daerah pada pemilihan kepala daerah tahun 2020 yang akan datang. Pasti...!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun