Mohon tunggu...
Aba Mardjani
Aba Mardjani Mohon Tunggu... Editor - Asli Betawi

Wartawan Olahraga, Kadang Menulis Cerpen, Tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Segumpal Rindu Nunung dan Secomot Rambut Emak

15 Januari 2019   23:53 Diperbarui: 16 Januari 2019   00:12 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nyari duit juga. Dapur pan kudu ngebul terus. Mulut Babe lu juga kudu ngebul."

"Emang duit yang saya kasih kagak cukup, Mak? Apa perlu saya tambahin?"

"Bukan kagak cukup. Tapi babe lu pan orangnya juga kagak bisa diem. Katanya badannya jadi ngerentek. Pegel-pegel."

Satu hal yang tak pernah bisa dilupakan Nunung adalah rumah kedua orang tuanya yang hampir seluruhnya terbuat dari kayu. Ayah dan ibunya tak pernah punya keinginan mengubah rumah yang terbuat dari batu bata dan semen. Dinding-dinding rumah masih berupa pagar yang terbuat dari anyaman bambu. Semilir angin bisa menembus sela-sela lubang halusnya.

Ibunya juga memasak masih menggunakan peralatan zaman dulu kecuali kompor gas karena memang makin sulit memasak dengan kayu bakar dan asapnya kerap mengganggu tetangga. Untuk memasak nasi, Aminah menggunakan dandang kuningan dan kukusan anyaman bambu, menanak sayur dengan kuali gerabah. Di lidah Nunung, masakan goreng asem ibunya bisa dua kali lebih lezat dibandingkan masakan warung, Buat Nunung, ibunya adalah koki nomor satu di dunia meski tanpa sertifikat.

Gojali pulang ke rumah ketika matahari hampir tenggelam dan ayam-ayam mulai naik ke pohon untuk tidur.  Gojali juga tak bisa menyembunyikan kegembiraannya melihat kehadiran Nunung di rumahnya.

"Lu kagak bawa tales Bogor, Nung?" tanya Gojali setelah menciumi anaknya seolah Nunung masih bocah balita.

"Et dah, Babe. Tales mah udah banyak di sini. Ke pasar bentaran juga dapet kalu cuman tales mah," Nunung sedikit merajuk.

"Ya kali aja lu bawa, tibang lenggang kangkung..."

Nunung menemukan ibunya seperti mencari sesuatu yang hilang pada keesokan harinya. Ia memeriksa kolong-kolong kursi, kolong tempat tidur, sudut-sudut rumah.

"Mak nyari apaan sih. Kayaknya ada yang ilang? Yang ilang kayaknya penting banget."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun