Ia mendengus lagi. Sepertinya menahan amarah. "Nggak usah pura-pura!"
"Aku tidak mengerti kamu ngomong soal apa," aku masih mempertahankan nada suaraku.
"Soal Rama, Pak Rama."
Aku mulai memahami ke mana arah pembicaraan perempuan ini.
"Kamu kenal, kan?"
"Iya. Aku kenal."
"Nah, kuingatkan, mulai hari ini, jangan pernah lagi berhubungan dengan dia. Pak Rama itu calon suami aku. Dia sudah jadi tunangan aku."
Aku mencoba tersenyum. Jadi Mas Rama sudah punya tunangan, atau setidaknya punya seorang pacar. Atau perempuan yang mengaku pacarnya. Cantik juga. Kutaksir tingginya sekitar 170cm. Tak terlalu tinggi dibandingkan aku yang 168cm. Rambutnya hitam berkilau. Mungkin karena perawatan yang telaten dan teratur. Mukanya bersih. Juga terawat. Tak ada jerawat.
"Aku tidak pernah meminta Mas Rama datang kemari kemarin. Dia datang sendiri. Jadi, salah jika kamu mengingatkan aku karena aku tidak bisa melarang siapa pun datang ke sini."
"Kamu pinter ngomong ya?" ujarnya sengit.
"Aku bicara apa adanya."