Terdapat keluhan di masyarakat bahwa pemberitaan di internet, baik di media sosial maupun media massa (online) tidak bisa diandalkan menyajikan berita yang benar dan sesuai realitas. Karena mementingkan jumlah pembaca online, jurnalis media massa  (online), maupun citizen jurnalis menulis berita dari angle yang sensasional, menggoreng isu-isu politik. Di media sosial  bermunculan Spin Doctor yang punya akun dengan banyak follower. Banyak dari akun-akun itu menyebarkan kedustaan.
" Media apa lagi yang bisa diandalkan dalam hal pemberitaan?"
Ini pertanyaan yang harus kita jawab bersama, agar kita menyadari perlunya membangun pemberitaan  yang sehat di internet.Â
Media sosial sebuah media daring dimana para penggunanya dapat berpartisipasi, berbagi, menciptakan isi, meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual, sosial media, Seperti facebook, whatsApp, Telegram, Instagram, Twitter, Line dan sebagainya. Para pengguna aplikasi komunikasi ini  dapat semaunya membuat konten, tanpa ada kontrol. Yah kontrolnya hanya hati nurani saja.Â
Media massa (online) Â biasanya kritis dan bisa dijadikan acuan kebenaran suatu berita, tapi kini disinyalir telah terpengaruh oleh media sosial. Muncul wartawan-wartawan bodrek. Mereka menurunkan berita yang berpihak dan tidak sesuai dengan realitas. Â Â
Mereka cenderung memilih seperangkat asumsi tertentu yang berimplikasi bagi pemilihan judul berita, struktur berita, dan keberpihakannya kepada seseorang atau sekelompok orang.Â
Melalui penggunaan bahasa sebagai simbol yang utama. Para wartawan ini  mampu menciptakan, memelihara, mengembangkan, dan bahkan meruntuhkan suatu realitas. Suatu pengkhianatan terhadap realitas, bukan ?. Â
Kemajuan teknologi komuniksi internet  diakui mendatangkan manfaat yang besar, tapi juga mendatangkan kemaslahatan umat. Teknologi internet bisa disalahkangunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.Â
Foto-foto di media sosial  bisa diolah lalu digunakan untuk memfitnah dan merusak citra. Sekarang mulai pula dilakukan rekayasa vidio. Ada pemalsuan vidio melalui vidio editing yang disebut Deep Fake (pemalsuan tingkat tinggi).  Wajah seseorang bisa diganti-ganti dan dibuat berbicara sesuai keinginan orang yang menggerakkannya.
Media massa (online) bila  'ditunggangi' kepentingan -- kepentingan akan menimbulkan persoalan 'obyektivitas pengetahuan', yaitu persoalan apakah informasi yang disampaikan di dalamnya mengandung kebenaran (truth) atau kebenaran palsu (pseudo-truth), bersifat netral atau berpihak. Apakah meprepresentasikan fakta atau rekayasa fakta,  apakah menggambarkan realitas atau menstimulasi realitas.Â
Bila media massa kita kita ditunggangi politik, maka media massa itu pada hakikatnya adalah arena pertarungan politik dan  kepentingan. Padahal media massa (online)  memiliki power politik yang diberikan negara untuk menjamin kehidupan sosial yang adil dan beradab dalam berita. Â