Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perempuan Parlemen 30% Hanya Mimpi Jika Budaya Patriaki Merajalela

21 Juli 2019   14:24 Diperbarui: 21 Juli 2019   14:29 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://jabar.sindonews.com 

Diawali dengan peluncuran satelit pada tahun 1957, perkembangan teknologi internet berjalan pesat. Ledakan teknologi komunikasi on line menyebabkan percakapan di dunia maya riuh. Bersamaan dengan canel demokrasi terbuka, orang menggunakan media on line untuk menyampaikan pendapat secara terbuka. Media on line digunakan untuk berbagai hal. Mulai dari iklan, kampanye politik hingga menggiring keinginan masyarakat untuk sesuatu hal. Bahkan media ajaib ini juga digunakan untuk perang mulut antara politisi dan antara anggota keluarga. Para politisi sibuk mencari kesalahan lawan politiknya, sementara dalam keluarga muncul wajah-wajah dingin.

Sekalipun media on line demikian padat dan sesak, tetapi masih sedikit perempuan politik yang mengakses internet untuk mengkampanyekan diri, membangun jejaring sosial agar dapat menduduki posisi sebagai anggota legislatif. Perempuan sulit meraih kursi di legislatif, walau kuota 30% untuk perempuan telah ditetapkan sejak Pemilu 2009. Perempuan tidak pernah berhasil meraih 30 % kuota tersebut.

Menelisik sebuah penelitian, perempuan yang dapat menjadi anggota legislatif adalah perempuan yang secara ekonomi kuat, memiliki hubungan kekeluargaan dengan pimpinan partai politik atau hubungan dekat dengan pejabat tinggi di pemerintahan. Kenyataan ini mengatakan bahwa pemilih dalam Pemilu masih enggan memilih caleg perempuan dan perempuan masuk parlemen hanya mencari ruang bagi ekspresi diri sendiri, belum didorong oleh perjuangan untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan.

Membaca kondisi ini, terpaksa kita mengulang hal basi. Perbedaan perempuan dan laki -laki hanyalah perbedaan biologis bukan fungsi sosial-politik. Selama ini budaya bahkan ajaran agama dibangun oleh laki-laki, maka norma dan peraturan disusun berdasarkan kepentingan laki-laki. Perempuan diposisikan sebagai bagian dari laki-laki bukan merupakan mitra sejajar. Peran perempuan belum optimal, bahkan sering terdiskriminasi. Ide kesetaraan dan keadilan gender masih sulit diktualisasikan.

Tidak mudah membangun kesadaran kritis dan menggalang kekuatan kolektif untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender. Budaya dan penafsiran keagamaan masih menjadi kendala. Lebih miris lagi, politisi perempuan yang konservatif masih mengusung pandangan yang menolak kesetaraan dan keadilan gender.

Sesungguhnya peran politik perempuan dapat lebih optimal. Teknologi internet dapat dimanfaatkan. Jejaring sosial dapat diperluas dalam waktu singkat. Apalagi sekarang ini, perkawinan Ponsel dan internet, yang disebut sebagai era komunikasi 4.0, sangat mandra guna. Satu orang dapat menjangkau banyak orang diberbagai tempat dan membangun komunitas di dunia maya. Gagasan --gagasan politik dapat disampaikan, dipahami masyarakat maka keterwakilan perempuan di Parlemen dapat meningkat.

Perempuan masuk parlemen tidak hanya dilihat sebagai bagian dari pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, tetapi juga memanggul misi suci yaitu  memperbaiki moral dan etika politik bangsa. Kehidupan Politik kita dewasa ini penuh pergulatan para elit dalam mempertahankan kekuasaan. Berbagai kinerja politik yang tidak santun dan penuh manipulasi menguap kepermukaan. Menjalankan politik dengan penipuan, kebohongan, fitnah dan ujaran kebencian telah menjadi hal biasa. Berbagai rekayasa dilakukan untuk mencapai hasil yang ditargetkan.

Politisi Perempuan perlu menyadari ini. Kehidupan  politik sangat  kompetitif, moral dan etika sudah tak jaman. Menghadapi kompetisi politik, perempuan perlu melakukan penguatan diri baik secara personal maupun secara kelompok. Untuk itu, internet  dapat memberi berbagai kemudahan. Bangun sebanyak - banyaknya komunitas perempuan di dunia maya dan sampaikan gagasan -gagasan politik dengan konten dan strategi yang tepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun