Mohon tunggu...
Siti Nabila Elvito
Siti Nabila Elvito Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Mahasiswa Universitas Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Budaya Peran Ganda Perempuan di Bulan Ramadhan

11 Maret 2024   11:54 Diperbarui: 11 Maret 2024   12:07 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bulan ramadhan merupakan bulan yang dinanti-nanti oleh setiap umat muslim di seluruh dunia. Kehadiran bulan ramadhan menjadi suatu perayaan ibadah bagi umat muslim untuk meningkatkan iman dan taqwanya kepada Allah SWT. Namun sejak menjelang bulan ramadhan yang paling sibuk adalah perempuan, terutama dari kalangan ibu-ibu pekerja.

Pandangan umum terhadap perempuan pekerja saat ini telah diterima baik oleh masyarakat Indonesia. Jumlah angkatan kerja perempuan pada tahun 2023 mendekati jumlah angkatan kerja laki-laki dengan perbandingan 413,918 : 515,096. 

Hal tersebut merupakan bukti dari keterlibatan perempuan pada sektor kerja telah lebih baik saat ini.  Namun, bagi perempuan yang mengemban peran dalam urusan rumah tangga hal ini menjadi beban ganda karena peran yang dilakukan meliputi peran sebagai pekerja, peran di dalam rumah dan peran sebagai ibu.

Penghambatan perempuan mengoptimalkan perannya dalam bekerja dan menggapai mimpi bertambah setiap kali menjelang bulan ramadhan. Peran perempuan yang harus menjadi penanggung jawab menyediakan makanan dan menyiapkan rumah untuk waktu sahur dan berbuka sangat membebankan. 

Perempuan harus bangun tidur lebih awal untuk menyiapkan makanan sahur hingga berdampak pada kurangnya jam tidur perempuan, di waktu berbuka juga harus merelakan jam istirahat setelah bekerja untuk menyiapkan takjil dan menu berbuka keluarga, belum lagi untuk membereskan piring kotor sisa sahur dan berbuka. Padahal bulan ramadhan perlu disibukkan dengan ibadah dan meningkatkan keimanan namun justru sibuk melayani.

Belum selesai bulan ramadhan, menjelang idul fitri bertambah lagi dengan keperluan untuk menyiapkan keindahan rumah, menyiapkan menu idul fitri, kebutuhan baju lebaran dan kebutuhan mudik yang dilimpahkan kepada perempuan seolah sudah memang "kerja perempuan" dan hanya perempuan yang perlu bertanggung jawab.

Runtutan pekerjaan perempuan saat bulan ramadhan benar-benar melelahkan namun juga tidak dapat terelakkan. Bangun pagi untuk menyiapkan keperluan sahur, bekerja di pagi hingga sore hari serta mengurus anak, menyiapkan takjil dan keperluan berbuka, ibadah sholat tarawih, hingga harus melakukan pekerjaan domestik seperti mencuci piring, baju, dan membersihkan rumah sambil menahan dahaga dan lapar. 

Sedangkan tidak ada libur cuti untuk pekerjaan tersebut, dan karena tanggung jawab diberikan semua kepada perempuan, perempuan jadi pantang untuk sakit sebab perannya sangat penting untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Jika dipandang dalam konteks ibadah dan mendapatkan pahala peran tersebut menjadi pandangan yang positif sehingga banyak perempuan yang tetap menjalaninya walaupun sangat melelahkan. 

Namun tetap perlu diluruskan, tanggung jawab dalam menyiapkan menu sahur dan berbuka seharusnya dilakukan bersama oleh seisi keluarga di rumah, menyiapkan makanan dibulan ramadhan sama halnya dengan menyiapkan makanan di bulan-bulan biasanya yang menjadi tanggung jawab bagi siapa saja yang makan. 

Rutinitas bekerja seharusnya tidak mengganggu satu sama lain apalagi ditambah kesempatan meningkatkan keimanan yang menjadi peluang besar saat dilakukan di bulan ramadhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun