Mohon tunggu...
Marco
Marco Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sejarah - Psikologi

Sekadar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

PKBM, Potensi yang Terkungkung Stigma

1 Mei 2022   19:12 Diperbarui: 5 Mei 2022   09:30 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu baru satu contoh saja. Karena saya yakin, selain PKBM Sanjaya, tentu masih ada PKBM-PKBM lainnya di Indonesia yang memiliki sistem dan fasilitas yang baik untuk menunjang proses pendidikan.

Jikapun masih ada PKBM yang belum memiliki sistem dan fasilitas yang baik, maka sudah sepatutnya hal tersebut segera dibenahi. Hal ini sangat penting, tidak semata untuk membuktikan kepada khalayak bahwa PKBM mampu menjadi lembaga pendidikan yang "setara" dengan pendidikan formal. 

Namun dengan warga belajar di PKBM yang semakin heterogen, maka sudah seharusnya PKBM memperhatikan sistem dan fasilitasnya. Bagaimana kita dapat mewujudkan salah satu tujuan negara, yaitu "mencerdaskan kehidupan bangsa", jika penyelenggara pendidikan justru tidak memperhatikan sistem dan fasilitasnya? 

Mungkin dapat diwajarkan bila masih ada masyarakat yang menganggap bahwa PKBM tidak "setara" dengan pendidikan formal. 

Mereka berasumsi seperti itu karena (mungkin) mereka tidak pernah bersinggungan dengan PKBM yang baik. Hingga akhirnya mereka menganggap bahwa PKBM hanya setara dalam hal kedudukan ijazah, tapi tidak setara dalam kualitas pendidikan.

Jika boleh berpendapat, sepatutnya peningkatan kualitas PKBM bukan hanya tugas PKBM semata. Sebagai warga masyarakat, hendaknya kita turut aktif partisipatif untuk memberikan ide, kritik, maupun saran kepada PKBM yang ada di sekitar kita (atau yang kita jumpai) agar PKBM tersebut senantiasa bergerak maju dan kompetitif. 

Sebagai contoh, jika saya berkenan untuk memberikan ide, setidaknya ada tiga kompetensi yang harus dikuasai oleh orang-orang dimasa kini, yaitu Bahasa Inggris, Komputer, dan Media Digital. Jadi, selain memperhatikan kompetensi akademik, PKBM hendaknya memperhatikan tiga kompetensi tersebut. Karena di masa sekarang ini, skill dalam tiga hal tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Belum lagi dengan teknologi yang semakin canggih, tentu akan membuat para warga belajar yang tergolong -- mohon maaf -- kurang/tidak mampu secara ekonomi akan semakin tertinggal. 

Saya tidak terbayang, bagaimana reaksi mereka para warga belajar yang memiliki akses dan pengetahuan yang terbatas, saat mendengar tentang "Metaverse, Oculus, atau NFT"?? Mungkin ada beberapa diantara mereka yang pernah mendengar tentang itu semua, namun tentu saja ada kemungkinan mereka merasa asing terhadap teknologi tersebut. 

Hal ini tentu berbeda dengan mereka yang "well educated". Setidaknya mereka memiliki akses atau pengetahuan berlebih terhadap teknologi tersebut. Belum tentu? Mungkin. 

Yang jelas, ditengah perkembangan teknologi yang semakin menggila, PKBM hendaknya dapat menjadi akses bagi mereka para warga belajar akan teknologi yang sedang berkembang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun