Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jebakan Nostalgia: Guru yang Sulit Move On

2 September 2025   07:35 Diperbarui: 2 September 2025   16:25 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar diambil dari Freepik

Ketika kritik dilontarkan tanpa pemahaman konteks, bahkan tanpa membaca aturan baru atau memahami kebijakan terkini, kritik itu kehilangan bobot. Ia menjadi sekadar gema dari masa lalu. Guru muda yang mendengar suara itu bisa saja mengira bahwa kerasnya kritik identik dengan kebenaran, padahal belum tentu. Suara lantang tidak otomatis mengandung kebijaksanaan.

Di sinilah letak jebakan nostalgia. Masa lalu memang penting sebagai fondasi, tetapi jika dijadikan benteng untuk menolak perubahan, ia justru menjadi beban.

Pendidikan bukan museum, melainkan ruang hidup yang selalu bergerak. Guru yang terjebak masa lalu hanya akan menyaksikan dirinya makin terpinggirkan oleh arus zaman.

Kebutuhan untuk Dihormati

Guru senior sering merasa bahwa pengalaman panjang mereka otomatis memberi hak untuk didengar dan dihormati. Memang benar, penghormatan kepada yang lebih tua adalah nilai luhur bangsa ini. Akan tetapi, ada garis tipis antara penghormatan yang lahir dari keteladanan dan penghormatan yang dipaksakan melalui keluhan serta protes.

Penghormatan sejati tidak lahir dari kata-kata keras, melainkan dari sikap dan teladan nyata. Guru yang rendah hati, terbuka, dan siap mendampingi guru muda justru akan mendapat tempat terhormat tanpa perlu memintanya. Sebaliknya, sikap defensif dan sinis hanya akan mengikis rasa hormat, sekalipun usia dan pengalaman sudah panjang.

Ketika guru senior terus-menerus membandingkan "dulu" dengan "sekarang", menekankan kelemahan sistem tanpa solusi nyata, mereka sesungguhnya sedang menunjukkan kegagalan pribadi dalam melakukan move on.

Kritik tanpa dasar memperlihatkan ketidakmampuan menyesuaikan diri, bukan kebijaksanaan. Guru muda yang labil pun bisa terseret arus negatif itu, hingga tercipta lingkaran ketidakpercayaan dalam ruang guru.

Move On sebagai Tanggung Jawab Moral

Menjadi guru senior seharusnya berarti menjadi teladan, bukan sekadar penjaga masa lalu. Dalam dunia pendidikan yang terus berubah, kemampuan move on adalah bentuk tanggung jawab moral. Mengapa? Karena setiap guru adalah panutan. Sikap seorang guru di ruang guru akan cepat menular ke kelas dan ke siswa.

Jika seorang guru senior tidak mampu berdamai dengan perubahan, bagaimana mungkin ia mengajarkan kepada muridnya tentang keterbukaan, fleksibilitas, dan daya juang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun