Di sini, di negeri ini
kebenaran disekap kebatilan
tiada lagi rumah kejujuran
kasih sayang direnggut kekejaman
tiada lagi ramah-tamah
kehormatan hilang ditelan kepongahan
tiada lagi rasa malu
Mumi-mumi keji bangkit kembali
membungkam kebenaran, menyuarakan
kesombongan yang terkubur ribuan tahun silam
teriak Firaun dikumandangkan
diperdengarkan pada telinga manusia
bahkan balita yang belum pernah mendengar nama Firaun
akankah terulang makhluk lemah mengaku sebagai Tuhan?
Perhatikan hai anak manusia
belum lama banjir darah menghanyutkan
jejak para Nabi dari bumi suci ini
dada tembus, kepala bocor, tubuh hancur-terpisah
terdengar jelas petasan setanÂ
menyakiti jiwa-jiwa tak berdosa
ibu-ibu, janda sebelum waktunya
anak-anak dipaksa yatim
masa depan mereka digoyang
tak ada belas kasih yang membela
pemandangan ini nyata dan sangat mengganggu
Di negeri ini, ya di sini ...
seragam pahlawan bukan perjuangan
sebab, baju berbintang dan kopiah gagah
justru menodai arti perjuangan
mungkin kemerdekaan terlalu merdeka
dan kebebasan terlalu bebas tanpa pembatas
Di manakah hati ...?
Melegalkan pembantaian bukan keadilan
mengotori hak hidup bukan patriot
lalu di mana mereka tempatkan agama?
Justru Firaun bercokol di istana kerajaan durjana
Note: Nuansa puisi adalah teguran pada setiap kezaliman di dunia.Â