Dari sinilah kontras besar itu tampak jelas. Di satu sisi, listrik dari Suralaya mengalir ke seluruh Pulau Jawa, menerangi kawasan industri, perkantoran, mall dan perumahan.Â
Di sisi lain, masyarakat kecil di lingkaran terdekat PLTU hidup di bawah hujan abu yang perlahan menggerogoti kualitas udara dan kesehatan.
Kisah ini membuka kembali pertanyaan lama yang belum terjawab, sejauh mana ambisi "energi bersih" benar-benar berpihak pada manusia?Â
Transisi energi seharusnya tidak berhenti pada klaim efisiensi dan emisi rendah di atas kertas. Ia harus memastikan keadilan ekologis bagi mereka yang tinggal paling dekat dengan sumber energi itu sendiri.
PLTU Suralaya Unit 9--10 semestinya bukan hanya membuktikan kemampuan teknologi, tapi juga tanggung jawab sosialnya.Â
Fly Ash yang beterbangan ke rumah warga adalah peringatan keras bahwa modernitas tanpa perlindungan manusia hanyalah pembangunan yang timpang.
Warga Pulomerak berhak atas udara bersih, sebagaimana kota-kota besar berhak atas listrik yang terang. Transisi energi sejatinya bukan hanya tentang teknologi rendah emisi, tetapi juga tentang keadilan bagi manusia yang hidup di bawah langit yang sama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI