Menariknya, ketika Aat bebas disambut meriah oleh pendukungnya. Sekitar 53 bis menyusul Aat di Lapas Serang. Aat diiring pulang ke Cilegon layaknya pengantin baru. Penyambutan cukup meriah dengan digelarnya syukuran di Masjid Agung Cilegon.
Seluruh elemen mayarakat, tapi lebih banyak diduga dari unsur ASN yang hadir. Puluhan spanduk ucapan selamat datang pun menghiasi setiap tempat di jalan protokol. Hingga kemudian Aat didapuk penghargaan sebagai Bapak Pembangunan.
Jika mengingat rentetan keluarga penguasa di daerah saya, tentu hanya bisa tertawa. Koruptor dimuliakan karena berhasil menancabkan bibit-bibit pendukung setianya, dari tingkat RT, RW, dan organisasi kemasyarakatan. Semua merasa penting memuliakannya, karena diduga berkat kebijakan instensif yang diperoleh setiap bulan dan anggaran dana hibah yang cukup besar.
Ati yang akan maju di Pilkada 2020 pun masi banyak pendukung setianya. Setelah Ayah dan adiknya berhasik menjadi Walikota, entah apa yang terjadi pada Ati di pertarungan pilkada nanti?
Jika melihat kinerja dinasti korup, bisa dilihat kondisi kota Cilegon masi tertinggal, pengangguran cukup besar ditengah ratusan industri. Pembangunan daerah jalan ditempat, padahal Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai RP700 milyar dengan perkiraan APBD hampir Rp 2 triliun.
Sambil menunggu 2020, kita hanya menjadi penonton para koruptor bermain akrobat politik. Jika begini, tidak ada rasa malu, bahkan masi tetap berdiri ditengah masyarakat yang menerimanya.
Di sini saya hanya bisa tertawa, betapa lucunya kelakuan koruptor. Bisa jadi karena masyarakat sendiri yang mendukung praktek korupsi para penguasanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI