Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Jendela Kecil

17 November 2019   01:14 Diperbarui: 19 November 2019   19:06 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (sumber: pixabay via suar.grid.id)

"Jika begitu, Nina akan mengubur harapan Ibu."

Nina hanya diam. Ibu lalu pergi sambil menahan air matanya. 

Bertahun-tahun, Ibu menahan harapan yang sama seperti Nina. Namun tubuh Nina tidak mampu bersentuhan dengan cahaya matahari. Kangker kulit membuat tubuh Nina tidak mampu bersentuhan dengan cahaya terindah itu. Tubuh yang tumbuh tanpa sinar matahari. Lemah tak berdaya.  

Begitulah, cahaya. Rindu telah bersemayam di hati  Nina dalam kesendirian di dalam ruang yang begitu pengap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun