Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Jendela Kecil

17 November 2019   01:14 Diperbarui: 19 November 2019   19:06 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (sumber: pixabay via suar.grid.id)

"Ibu, aku lihat kemaren daun-daun itu layu. Namun pagi ini begitu segar setelah semalam diguyur hujan, lalu pagi ini cahaya matahari menghangatkannya," kata Nina.

Begitulah daun, Nina.

Ibu hanya tersenyum. Lalu menyuapi Nina makanan. Setelah itu butiran obat mengakhiri sarapannya.

"Ibu, bagiku, tidak ada yang lebih indah dari sinar matahari," kata Nina.

"Iya sayang, Ibu juga merasakan yang sama."

Ibu menutup pembicaraan. Terkadang jika berlama-lama menanggapi pertanyaan Nina -- matanya akan basah. Nina akan menganggapnya itu dari kesedihan. Lalu, Ibu memilih keluar. Nina sendiri, menghitung hari bersama sinar matahari di jendela.

Pensil warna dan kertas sudah tidak menarik lagi untuk menggambar. Begitu juga dengan boneka tidak lagi asik dimainkan. Nina hanya duduk termengu, menatap keluar jendela.

ilustrasi jendela. (dok. Pribadi)
ilustrasi jendela. (dok. Pribadi)

Hari-hari berikutnya, wajah ibu tak secerah biasanya. Ibu menyuapi makanan dan butiran obat. Ibu menyimpan rasa sedih, ketika obat berkurang tidak mampu membelinya.

Pagi sudah tidak bercahaya. Hujan terus turun sepanjang waktu. Langit gelap. Awan hitam menggumpal menakutkan. Nina hanya bisa berdoa agar awan hitam, angin kencang, dan petir pergi dari atas rumahnya.

Hari yang menyedihkan. Musim hujan tidak kunjung berakhir. Nina menatap sayu daun-daun basah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun