Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diterka Masa

1 Februari 2021   13:35 Diperbarui: 1 Februari 2021   13:36 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kurampas jemari waktu

Di sela-sela fajar berpamit diri

Ia tak berontak, tak sempat berujar namun dan tapi

Tak ada perlawanan sengit yang berarti

Tak ada rotasi yang memburu kelaliman tak bertepi

Jujur raut wajahnya sama sekali

Meski adanya segar berganti pucak pasi

Telah kucoba berkali-kali

Kubunuh nadi waktu dengan keji

Tanpa peduli

Tanpa setetes derma patut dikasihani

Lagi dan lagi

Ia tak pernah mau mati

Tak pernah ada secuil cerita tentang ironi

Pun telah sekian kali dilecehkan hadirnya tak ubah anak tiri

Oleh kaum pemalas di pagi hari

Oleh pembuat onar dan anarki

Oleh aktivis pemuja aksi

Dan mereka-mereka yang doyannya merebahkan diri

Namun tetap saja hatinya berbalut suci

Tak ada ruang untuk membenci

Tak ada masa untuk murka atau kehendak melukai

Baginya terjaga dalam ruang adalah upaya memberi dan memberkati

Atas nikmat Tuhan teruntuk disyukuri

Hidupnya bukan sekadar menguap mati

Bukan membucit perut lantas korupsi

Bukan gelimang instan terus mencuri

Namun tegas berproses payah mencari

Kemudian terus menjadi

Senantiasa memapah antusias jiwa-jiwa yang keras dalam mewujud mimpi

Jiwa yang berikhtiar dalam senyapnya sepi 

Jiwa yang benar-benar tak pernah mau terpojok karena rangkai belenggu caci

Jiwa nun jauh dari kata kompromi

Jiwa itu bergelayutan dalam semayam diri

Di ujung pangkal nurani

Dalam setiap insani

Pun sejak itu keputusannya sibuk membulatkan diri Bergumul dengan tanda-menandai

Bermufakat teruntuk iring-mengiri 

Menjelma anugerah nan lepas meliputi

Waktu berjalan melintas kerutan dahi

Segaris dua garis terus menyusun kadar usia rekapitulasi

Keriput jelas di sana-sini

Kedua kantung kelopak mata bahkan tak kencang lagi

Berganti Minggu kian tajam menunjukkan ketuaanmu di saban hari

Berselang bulan hitam rambut memudar bercampur tamparan putih tepung kanji

Kupikir itu hanya ilusi 

Saat berhadap cermin ubannya tak terhitung lagi

Bahkan kian beringas dan menjadi

Menjadi putih seutuhnya hingga ke tepi

Tak mampu ditutupi

Ingatanku tumpul dengan sendiri

Mungkin di paruh sisa-sisa nafas hidupku akal tak cakap lagi dalam mengenali

Tak mengingat nama dan rupa anak, saudara pun isteri

Memori indah mau pun kusumku tak pernah utuh kembali

Berusaha kugenggam erat namun tak pernah terpenuhi

Pandanganku tak ampuh lagi

Apa-apa yang kulihat seolah-olah melulu beranjak pergi

Enggan kukenali, enggan kupahami

Buram, semuanya tampak menjauhkan diri

Kejernihan pandangan itu telanjur kukhianati

Tak pernah kusyukuri

Telingaku tak berdenging lagi

Semua ocehan itu sesaat menjadi basi

Ingin rasanya menikmati tawa jahil budak kecil bersorak-sorai

Cacian tetangga karena sakit gigi pun kucari-cari

Bahkan hujatan tak henti-henti itu kurindui

Ingin dan ingin lagi aku bebas menari

Memutar-mutar pinggul riang tak henti

Dan nyaring musik itu benar-benar adanya merasuki

Namun kedua kaki tuaku tak sempat lagi

Lumpuh telah menggerogoti

Semua telah terukir karena waktu yang telah kulewati

Menanggalkan cerita-cerita hidup yang tak pernah mampu kuulangi

Sekarang dan nanti

Biar kutitipkan rekam jejak itu kepada siapapun yang mau membaca dan mengenali

Hingga sampai pada benak cucu dan cicitku nanti

Tulungagung, 25 Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun