Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Public Service: Bukan Sekadar Gaji, Tapi Jalan Pahala

21 September 2025   10:00 Diperbarui: 21 September 2025   09:22 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ketika kita mendengar istilah public service atau pelayanan publik, yang terbayang biasanya adalah profesi-profesi formal: dokter dan perawat di rumah sakit, guru di sekolah, pegawai negeri di kantor pemerintahan, atau bahkan petugas kebersihan di ruang publik. Semua itu identik dengan pekerjaan yang digaji, diberikan penghargaan, dan diikat oleh aturan birokrasi. Tidak salah, sebab sistem kerja modern memang dibangun di atas kontrak dan kompensasi.

Namun, pernahkah kita berpikir bahwa pelayanan publik bukan sekadar profesi bergaji, melainkan bisa menjadi jalan menuju pahala abadi?

Antara Materi dan Maknawiyah

Mayoritas pelayan publik bekerja karena dua alasan utama. Pertama, madiyah atau alasan material: gaji, tunjangan, fasilitas, dan jaminan pensiun. Kedua, maknawiyah atau alasan non-material: kebanggaan sebagai abdi negara, rasa puas karena dihormati masyarakat, atau kebahagiaan karena mendapat pujian.

Dua hal ini lumrah, tetapi jika pelayanan berhenti di sini, nilainya akan tetap terbatas. Ia hanya mengantarkan pada kepuasan duniawi yang sementara. Ketika gaji habis atau pujian sirna, maka semangat pelayanan ikut pudar.

Ruhiyah: Orientasi yang Sering Terlupakan

Islam memberikan perspektif lain: pelayanan publik adalah khidmah lillāh—pelayanan karena Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
الإمام راعٍ وهو مسؤول عن رعيته
“Seorang pemimpin adalah pemelihara, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengingatkan bahwa hakikat kepemimpinan adalah pelayanan, bukan kekuasaan. Pemimpin sejati bukanlah yang minta dilayani, tetapi yang mengabdi dan mengurus rakyatnya.

Prinsip ini berlaku luas. Guru yang mendidik murid, dokter yang merawat pasien, petugas kebersihan yang menjaga lingkungan tetap bersih—semua adalah bentuk pelayanan publik. Bila dilakukan dengan niat ruhiyah, setiap tetes keringat mereka berubah menjadi ibadah.

Dari Kantor hingga Jalanan

Mari kita ambil contoh. Seorang perawat yang dengan sabar merawat pasien, padahal gajinya tidak seberapa. Seorang guru di pelosok yang tetap semangat mengajar meski fasilitas minim. Seorang tukang sapu jalan yang setiap hari bekerja membersihkan sampah kota.

Di mata sebagian orang, mereka hanya pekerja biasa yang dibayar. Namun di mata Allah, bila mereka niatkan lillāh, maka setiap langkah, ucapan, dan tindakan menjadi amal jariyah. Inilah keindahan pelayanan ruhiyah: pekerjaan yang tampak sederhana bisa menjadi tiket surga.

Gaji Berhenti di Dunia, Pahala Mengalir ke Akhirat

Rasulullah ﷺ bersabda:

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad)

Hadis ini menegaskan bahwa nilai seseorang bukan pada jabatannya, tetapi pada sejauh mana ia memberi manfaat. Gaji berhenti nilainya di dunia. Penghargaan dan medali bisa berkarat di lemari. Tetapi manfaat yang diberikan kepada orang lain, bila diniatkan karena Allah, akan terus mengalir sebagai pahala jariyah bahkan setelah kita meninggal dunia.

Pelayanan yang Membebaskan

Mengapa pelayanan ruhiyah penting? Karena ia membebaskan kita dari jebakan duniawi. Ketika pelayanan hanya berorientasi materi, kita mudah kecewa jika imbalan tidak sesuai. Ketika pelayanan hanya mengejar pujian, kita bisa patah hati saat kritik datang. Tapi ketika pelayanan diniatkan sebagai ibadah, kita tidak peduli apakah dipuji atau dicaci, digaji besar atau kecil. Kita hanya peduli bahwa Allah meridhai.

Penutup

Public service memang identik dengan profesi bergaji. Tetapi Islam mengajarkan kita untuk naik kelas: menjadikan pelayanan publik sebagai ibadah. Inilah khidmah lillāh—pelayanan karena Allah.

Maka, janganlah kita memandang pelayanan hanya sebatas gaji dan penghargaan. Lihatlah ia sebagai ladang pahala. Dengan begitu, setiap guru, dokter, perawat, petugas kebersihan, atau pegawai pemerintahan bukan hanya abdi negara, tetapi juga abdi Allah yang sedang menanam pahala jariyah untuk akhirat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun