Indonesia lebih dulu gaduh. Dari subsidi BBM yang salah sasaran, bansos yang kerap dipolitisasi, hingga tunjangan jumbo anggota DPR—semua memicu gelombang kritik. Demonstrasi rakyat di Pati yang menolak kenaikan PBB, hingga protes di Jakarta soal fasilitas mewah parlemen, menunjukkan betapa sensitifnya publik terhadap perilaku elit.
Tak lama berselang, Nepal bergolak. Ribuan mahasiswa Gen Z turun ke jalan, marah melihat pejabat dan “nepo babies” pamer gaya hidup mewah. Amarah itu membesar hingga kantor pemerintah dibakar, dan Perdana Menteri KP Sharma Oli terpaksa mundur. Apakah ini kebetulan semata, ataukah inspirasi lintas batas?
Subsidi dan Bansos: Cinta Palsu Negara
Subsidi sering dikemas sebagai bentuk kasih sayang negara kepada rakyat. Namun, data menunjukkan hal berbeda. Bappenas (2022) mencatat, 70% subsidi BBM justru dinikmati kelompok menengah ke atas, karena mereka memiliki kendaraan pribadi. Bansos pun demikian: mendekati pemilu, bantuan sosial tiba-tiba deras mengalir lengkap dengan wajah pejabat di kardus beras.
Artinya, subsidi dan bansos lebih sering berfungsi sebagai alat pencitraan politik, bukan solusi struktural. Ia ibarat obat bius yang menenangkan sementara, tanpa menyentuh akar masalah kemiskinan.
Indonesia: Rakyat Jengah pada Elit Fleksing
Di Jakarta, publik murka ketika terungkap anggota DPR menerima tunjangan perumahan hingga Rp50 juta per bulan, sepuluh kali lipat UMP Jakarta. Protes pun merebak, bahkan muncul simbol perlawanan berupa “bendera bajak laut” sebagai tanda rakyat menolak gaya hidup mewah wakilnya.
Di Pati, Jawa Tengah, kenaikan PBB sampai 250% memicu demonstrasi besar. Sekitar 100.000 warga turun ke jalan, menuntut kebijakan dicabut. Mereka merasa diperas, sementara pejabat terlihat tak tersentuh.
Gelombang ketidakpercayaan juga menjelma di dunia maya. Tagar #KaburAjaDulu viral di kalangan anak muda: sindiran pahit bahwa pilihan terbaik adalah pergi meninggalkan negeri karena muak dengan perilaku elit.
Nepal: Gen Z Melawan Nepo Babies
Gelombang serupa muncul di Nepal. Pemerintah yang dianggap korup dan tidak peka mengundang kemarahan generasi muda. Pemicunya: “nepo babies”—anak-anak pejabat dan elit politik—pamer kemewahan di media sosial, sementara rakyat dicekik pengangguran dan harga yang melambung.