Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Jadi Inspirasi? Gelombang Protes Elit Hedonis Menyebar ke Nepal

11 September 2025   08:15 Diperbarui: 11 September 2025   08:44 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: REUTERS/Navesh Chitraka

Aksi mahasiswa Gen Z berkembang jadi bentrokan besar. Gedung pemerintah dibakar, aparat bentrok dengan demonstran, dan akhirnya Perdana Menteri KP Sharma Oli mundur. Satu pesan yang menggema: rakyat tak lagi tahan melihat elit berfoya-foya di atas penderitaan mereka.

Foto: REUTERS/Navesh Chitraka
Foto: REUTERS/Navesh Chitraka

Benang Merah: Sensitivitas Rakyat Global

Kasus Indonesia dan Nepal menunjukkan pola yang sama. Subsidi dan bansos tidak dipandang lagi sebagai bukti cinta negara, melainkan sebagai alat politik. Sementara itu, rakyat makin sensitif terhadap sikap elit yang hedonis. Satu postingan pesta atau jam tangan mewah bisa memicu gelombang amarah berjilid-jilid.

Era media sosial mempercepat resonansi ini. Kemarahan di Indonesia menjadi inspirasi bagi rakyat di Nepal, atau setidaknya membuktikan bahwa keresahan serupa dirasakan di berbagai negara. Dari Jakarta hingga Kathmandu, suara rakyat kini senada: cukup sudah!

Subsidi dan bansos, jika terus dipakai sebagai alat pencitraan, hanya akan memperdalam jurang ketidakpercayaan antara rakyat dan elit. Rakyat tak butuh belas kasih yang penuh kepentingan, melainkan sistem yang adil dan distribusi yang merata.

Pertanyaannya kini: sampai kapan kita bertahan dengan tambalan rapuh ini? Apakah kita rela terus ditenangkan dengan subsidi sesaat, sementara elit tetap berpesta? Atau sudah waktunya mendorong lahirnya kebijakan yang benar-benar berpihak pada rakyat, bukan sekadar menjaga kenyamanan segelintir penguasa?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun