Kitab-kitab ini menjadi senjata jangka panjang yang tetap dibaca hingga lebih dari seratus tahun setelah wafatnya.
Jejaknya di Nusantara
Ilmu Syaikh Yusuf tidak berhenti di Palestina atau Mesir. Murid-muridnya membawa ajaran beliau ke berbagai penjuru, termasuk ke Nusantara. Nama besar KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, tercatat pernah berinteraksi dengan beliau melalui jejaring ulama Haramain.
Beliau juga kakek dari Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani, pendiri Hizb ut-Tahrir, yang sejak kecil dibimbing langsung sebelum melanjutkan studi ke Al-Azhar. Ini membuktikan bahwa perjuangan seorang ulama bisa berbuah lintas generasi dan lintas benua.
Kekuatan Spiritual dan Kisah Ajaib
Selain kiprah intelektualnya, Syaikh Yusuf dikenal memiliki hubungan spiritual yang kuat dengan Rasulullah ﷺ. Beliau sering bermimpi bertemu Nabi, dan kisah-kisah tentang kedekatannya menginspirasi banyak orang.
Dikisahkan, di masa hidup Syaikh Yusuf, ada seorang ahli ibadah di Madinah yang setiap kali tidur hampir selalu bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ. Hingga suatu hari, mimpi itu terhenti tanpa sebab yang jelas. Ia pun diliputi kesedihan, khawatir bahwa Rasulullah ﷺ sedang menegur atau tidak meridhainya.
Beberapa waktu kemudian, ia kembali mendapat kesempatan bermimpi bertemu Nabi. Ia bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang menghalangiku untuk bertemu denganmu akhir-akhir ini?” Nabi ﷺ menjawab, “Bagaimana engkau bisa bertemu denganku sedangkan di rumahmu ada sebuah kitab yang pengarangnya mencela kekasihku, Yusuf an-Nabhani?”
Terbangun dari tidurnya, sang ahli ibadah segera mencari kitab yang dimaksud—Nailul Amani fi Raddi ‘Ala an-Nabhani—sebuah karya yang isinya menentang Syaikh Yusuf. Tanpa ragu, ia membakarnya. Sejak itu, ia kembali merasakan kemuliaan seperti sedia kala: bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ secara rutin.
Bagi para murid dan pecinta beliau, kisah ini menjadi bukti bahwa perjuangan Syaikh Yusuf bukan hanya di medan pena, tetapi juga mendapat pembelaan dari Rasulullah ﷺ sendiri.
Warisan untuk Perjuangan Palestina Hari Ini