Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sedekah yang Tak Terlihat: Mengalirkan Pahala Lewat Kata dan Pena

9 Agustus 2025   09:30 Diperbarui: 21 Agustus 2025   06:26 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pelakunya."
(HR. Muslim)

Di tengah hiruk pikuk dunia digital, kita mungkin lupa bahwa jari-jemari yang lincah mengetik di ponsel adalah “pena” zaman modern. Dari jemari itulah kata-kata lahir, melesat melintasi benua dalam hitungan detik. Satu kalimat bisa menguatkan iman seseorang di sudut kota yang tak pernah kita kunjungi, satu nasihat bisa menyelamatkan langkah orang yang nyaris tergelincir.

Namun, kata-kata yang sama juga bisa menjadi batu sandungan: melukai hati, menyebarkan fitnah, bahkan meruntuhkan kepercayaan. Di sinilah pentingnya menyadari bahwa kata dan pena adalah ladang sedekah yang tak terlihat—atau justru ladang dosa yang tak terduga.

Sedekah yang Tidak Kasat Mata

Kita terbiasa memahami sedekah sebagai pemberian harta, makanan, atau barang kepada orang lain. Padahal, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa sedekah memiliki bentuk yang jauh lebih luas: "Setiap kebaikan adalah sedekah." (HR. Muslim).

Artinya, kata-kata yang menenangkan hati, tulisan yang mengajak kepada kebaikan, atau bahkan sekadar mengingatkan untuk shalat tepat waktu, semuanya adalah bentuk sedekah. Bedanya, sedekah ini tidak terlihat wujud fisiknya—tidak ada uang berpindah tangan—tetapi tercatat rapi di sisi Allah.

Para ulama terdahulu memahami betul hal ini. Mereka menulis kitab, menyebarkan risalah, mengirim surat dakwah, atau mencatat syair yang menghidupkan iman. Meskipun tubuh mereka telah tiada, pahala dari kata-kata itu masih mengalir. Itulah salah satu bentuk amal jariyah.

Kekuatan Kata dan Pena

Islam memberi penghormatan tinggi pada kata dan tulisan. Al-Qur’an sendiri adalah Kalamullah—firman Allah—yang diwahyukan untuk mengubah peradaban. Allah bahkan bersumpah demi pena dalam Surah Al-Qalam, menandakan betapa mulianya fungsi menulis.

Kata adalah benih. Pena adalah ladang. Pembaca adalah tanah tempat benih itu tumbuh.
Jika benihnya baik, tumbuhlah kebun pahala yang akan terus kita panen.
Jika benihnya buruk, tumbuhlah semak berduri yang akan menusuk kita kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun