"Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pelakunya."
(HR. Muslim)
Di tengah hiruk pikuk dunia digital, kita mungkin lupa bahwa jari-jemari yang lincah mengetik di ponsel adalah “pena” zaman modern. Dari jemari itulah kata-kata lahir, melesat melintasi benua dalam hitungan detik. Satu kalimat bisa menguatkan iman seseorang di sudut kota yang tak pernah kita kunjungi, satu nasihat bisa menyelamatkan langkah orang yang nyaris tergelincir.
Namun, kata-kata yang sama juga bisa menjadi batu sandungan: melukai hati, menyebarkan fitnah, bahkan meruntuhkan kepercayaan. Di sinilah pentingnya menyadari bahwa kata dan pena adalah ladang sedekah yang tak terlihat—atau justru ladang dosa yang tak terduga.
Sedekah yang Tidak Kasat Mata
Kita terbiasa memahami sedekah sebagai pemberian harta, makanan, atau barang kepada orang lain. Padahal, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa sedekah memiliki bentuk yang jauh lebih luas: "Setiap kebaikan adalah sedekah." (HR. Muslim).
Artinya, kata-kata yang menenangkan hati, tulisan yang mengajak kepada kebaikan, atau bahkan sekadar mengingatkan untuk shalat tepat waktu, semuanya adalah bentuk sedekah. Bedanya, sedekah ini tidak terlihat wujud fisiknya—tidak ada uang berpindah tangan—tetapi tercatat rapi di sisi Allah.
Para ulama terdahulu memahami betul hal ini. Mereka menulis kitab, menyebarkan risalah, mengirim surat dakwah, atau mencatat syair yang menghidupkan iman. Meskipun tubuh mereka telah tiada, pahala dari kata-kata itu masih mengalir. Itulah salah satu bentuk amal jariyah.
Kekuatan Kata dan Pena
Islam memberi penghormatan tinggi pada kata dan tulisan. Al-Qur’an sendiri adalah Kalamullah—firman Allah—yang diwahyukan untuk mengubah peradaban. Allah bahkan bersumpah demi pena dalam Surah Al-Qalam, menandakan betapa mulianya fungsi menulis.
Kata adalah benih. Pena adalah ladang. Pembaca adalah tanah tempat benih itu tumbuh.
Jika benihnya baik, tumbuhlah kebun pahala yang akan terus kita panen.
Jika benihnya buruk, tumbuhlah semak berduri yang akan menusuk kita kelak.