Beberapa minggu lalu, saya menonton film Yes Day via Netflix. Film ini bagus dan sangat menginspirasi saya dalam hal parenting. Di sini saya tidak ingin mengulas film tersebut, namun lebih ingin berbagi cerita uniknya Yes Day ini.
Di awal film, terus terang saya tertawa karena apa yang terjadi pada Mrs Tores, yang kurang lebih sama dengan kondisi saya.Â
Betapa pernikahan dan keluarga mampu membawa kita menaiki rollercoaster kehidupan yang rasanya deg-deg byur. Parenting adalah rollercoaster bagi semua orangtua.
Saya juga menjadi sadar betapa seringnya saya mengatakan "No" pada anak-anak saya. Ketika melarang ini dan itu, mencegah tidak boleh begini dan begitu, dan sederet alasan lain yang membuat saya mudah sekali mengatakan "No" kepada anak-anak.
Tak ada yang salah dengan mengatakan "No", membuat aturan yang tegas, melarang anak melakukan ini dan itu, dan seterusnya. Bukankah orangtua harus berotoritas terhadap anak selama mereka dalam pengasuhan kita?
Bagaimanapun anak-anak adalah titipan Allah yang harus kita respon dengan penuh tanggung jawab. Allah mempercayakan pengasuhan anak kepada kita, maka ada otoritas Allah yang diletakkan di pundak kita.
Orangtua yang Berotoritas = Otoriter?
Dalam film Yes Day, keluarga Torres mempunyai 3 anak. Anak perempuan yang paling besar bernama Katie, sudah beranjak remaja.Â
Anak keduanya laki-laki bernama Nando. Nando sangat aktif dan penuh rasa penasaran terhadap apa saja, sedangkan anak bungsunya masih kecil.
Sebagai remaja, Katie ingin bebas pergi bersama teman-temannya. Nando yang dipenuhi rasa penasaran akan banyak hal juga ingin membuat eksperimen ini dan itu dan susah diatur.