Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kunjungan ke Panti Asuhan Secara Virtual, Berbeda tapi Tetap Bermakna

20 Mei 2021   06:00 Diperbarui: 20 Mei 2021   06:04 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kunjungan kasih virtual ke panti asuhan (Foto : dokpri)

Ibu Lina adalah pimpinan yang juga inisiator dan pendiri panti asuhan. Sebelumnya, beliau berkarya dalam biara selama 24 tahun (1989-2013).

Pada tahun 2004 (masih dalam biara), ibu Lina merasa terpanggil untuk melayani anak-anak yang telantar di luar biara sebagai awam. Selama sembilan tahun (2004-2013), beliau berdoa, berpuasa, novena yang panjang, mati raga dan laku tapa untuk mendapatkan jawaban atas panggilan tersebut.

Setelah melewati pergumulan panjang, pada bulan Desember tahun 2013, Tuhan menjawab doa ibu Lina Pajong. Ibu Lina memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai suster dari biara. Dari sini lah, titik awal beliau memulai karya panti asuhan Pelayanan Kasih.

Harapan untuk Anak-anak Telantar

Dalam kunjungan virtual ini, ibu Lina juga menceritakan detail dari awal berdirinya panti. Sungguh semuanya dimulai dari nol. Hal itu membuat saya tertegun bagaimana Tuhan selalu turut bekerja dalam segala sesuatunya.

Hingga kini, panti mengasuh 32 anak dengan berbagai latar belakang. Ada yang anak yatim-piatu, anak yatim, anak piatu, anak dengan orangtua bermasalah, dan atau anak dari orangtua yang sakit menahun.

Banyak cerita sedih dibalik keceriaan anak-anak panti. Rentang usia anak-anak panti mulai batita 2 tahun hingga yang sudah di jenjang kuliah. Semua diasuh sendiri oleh ibu Lina tanpa bantuan tenaga pengasuh.

Saya kembali merasa takjub. Bagaimana mengasuh anak sebanyak itu seorang diri? Sementara itu, sebelumnya saya pernah berkunjung ke panti asuhan dimana selalu ada beberapa pengasuh atau pekerja yang membantu.  

Banyak dari kami merasa kaget dengan cerita ibu Lina. Beliau cerita dengan detail bagaimana keseharian di panti. Semua anak dididik untuk mandiri dan saling membantu. Dari urusan mandi, cuci piring, belajar, dan seterusnya.

Bagi saya pribadi, tak terbayang bagaimana lelahnya ibu Lina. Sudah seharusnya ada orang yang ikut membantunya untuk mengasuh anak-anak di panti.

Namun, ternyata semua terkendala oleh dana. Keuangan panti sangat tidak mampu untuk mempekerjakan orang sebagai pengasuh. Terlebih untuk biaya sehari-hari dan juga pendidikan juga sangat terbatas dan masih banyak kekurangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun