Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Jempol Kaki dan Kencan Pertama

29 April 2021   11:00 Diperbarui: 3 Mei 2021   22:01 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi kencan pertama (Foto : pixabay.com)

Semua anak kost berkumpul di ruang TV. Malam Minggu ini ada yang bahagia karena akan berkencan untuk pertama kalinya. Ya, dia adalah mbak Maya yang kamarnya persis depanku.

Mbak Maya dua tahun di atasku. Jomblo sejati dan belum pernah pacaran. Tapi jangan tanya tentang teorinya, dia adalah "suhu" dalam percintaan. Semua anak kost selalu berkonsultasi kepadanya tentang masalah pacar dan percintaan.

Menurutku, mbak Maya memang suhu tapi terlalu ribet dengan kriteria pacar idaman. Pertimbangannya mencakup seluruh aspek. Dan semua detil, harus begini dan harus begitu. Bagiku, itu terlalu ideal dan bisa jadi tidak ada laki-laki yang seperti kriteria mbak Maya.

Namun mbak Maya orangnya sangat terbuka dan blak-blakan. Kalau iya, dia akan bilang iya. Pun sebaliknya, kalau tidak akan bilang tidak. Tapi untuk masalah tip dan seluk-beluk laki-laki, dia bisa dipercaya dan handal.

Ohya, kostku ini besar dan orangnya banyak. Ruang TV lah yang berhasil mempersatukan kami. Selain untuk nonton, ruangan ini juga ruang baca koran, dan ruang ngobrol sekaligus gosip sehari-hari.

Sekarang mbak Maya sudah di depan ruang TV. Tentu sudah berdandan "all out" untuk kencan pertamanya.

Aku dan teman-teman yang jomblo senyum-senyum menggoda mbak Maya. Kali ini mbak Maya terlihat tegang. Ketika jarum panjang jam mendekati angka 12, bel kost berbunyi.

"Ting tong..."

Mbak Maya segera menuju ke pintu depan.

"Sukses yaaa..." ucap kami hampir bersamaan.

Setelah mbak Maya pergi, aku dan teman-teman melanjutkan obrolan sambil menonton TV. Saling cerita pengalaman kuliah kami.

Yang paling seru cerita dari mbak Mita, anak kost senior yang sedang mengambil S2 magister hukum. Mbak Mita jauh lebih tua dari kami sehingga banyak pengalaman, dari yang lucu sampai yang saru.

Ada juga bu Lia, PNS tugas belajar dari instansinya yang mengambil S2 manajemen. Bu Lia selalu bijak seperti ibu kami. Biasanya cuma sebentar ikut berkumpul di ruang TV.

Selebihnya adalah mahasiswa jomblo bin kocak dari berbagai fakultas dan daerah. Ah, ini memang kost "Indonesia Raya".

Waktu tak terasa berlalu. Malam minggu tak masalah bagi anak kost jomblo. Malah justru lebih santai.

Kira-kira pukul 9.00, terdengar suara pintu kost terbuka. Setelah itu terdengar suara seretan sandal. Seolah empunya kaki sedang lesu dan tidak bersemangat.

Ketika kami menoleh, ternyata mbak Maya pulang dari kencan pertamanya.

"Gimana May? Sukses nggak kencan pertama? Oke nggak si abang itu?" tanya mbak Mita.

Mbak Maya terlihat lesu. Wajahnya terlihat murung. Tak lama kemudian, dia duduk disampingku. Sepertinya tidak sukses, batinku.

"Yah, gitu..." kata mbak Maya.

"Gitu gimana? Baik nggak orangnya? Tadi dinner dimana? Diajak jalan kemana aja?" tanya mbak Mita memberondong. 

Aku dan teman lain ikut menunggu jawaban mbak Maya. Semua pertanyaan kami terwakili oleh mbak Mita.

"Ya. Aku langsung coret. Nggak deh! Nggak suka aku. Kecewa berat pokoknya, " jawab mbak Maya.

Aku ikut sedih juga mendengar jawaban mbak Maya. Apalagi mbak Maya sudah menaruh harapan besar untuk punya pacar sebagai persiapan mendampingi wisuda nanti.

"May, emang si abang kenapa kok sampai kecewa begitu? Kasar ya? Atau pelit?" lanjut mbak Mita seolah menginterogasi.

"Bukan. Baik sih. Tadi juga makan di kafe Niagara. Boleh lah, cukup mapan, " jawab mbak Maya.

"Lha trus apa yang kurang? Nggak nyambung ngobrolnya? Terlalu serius? Atau dia kentut tadi? hihihi" goda mbak Maya.

Aku dan teman-teman masih setia menyimak. Tentu penasaran dengan cerita kencan pertama dan kencan buta seorang "suhu percintaan" di kost ini.

Mbak Maya masih terdiam. Kekecewaan besar tergambar jelas dari raut wajahnya. Aku tak bisa menebak hal apa yang bisa membuat orang sekecewa itu.

"Tenang, antrian masih banyak mbak Maya..." hibur Antin, anak kost baru yang baik hati.

Mbak Maya tersenyum mendengar ucapan polos Antin. Setelah itu, dia menarik nafas panjang. Semua anak kost terdiam dan menunggu mbak Maya untuk bercerita.

"Hmmm... sebenarnya abang itu baik. Dia dewasa, masa depan bagus. Boleh dikata mapan. Sekarang kerja di pertambangan offshore, gaji tahu sendiri lah ya..." kata mbak Maya mulai bercerita.

"Wah, tebal dompetnya itu, May!" sahut mbak Mita.

"Iyaa... nggak ada masalah sih kalau itu. Dari keluarga baik-baik juga. Tadi sempat telponan sama mamanya. Kayaknya baik dan lembut, " lanjut mbak Maya.

"Mantaplah itu kak! One step ahead.. daripada aku ini, dah 3 tahun jalan masih saja backstreet!" celetuk Noi, si tomboy anak teknik industri.

"Iya, masa depan cerah itu! Habis wisuda, dilamar deh..." sahut Yaya, si manis anak sastra Jepang.

Mbak Maya masih terlihat lesu. Semua anak kost bingung dan bertanya-tanya.

"Takut LDR apa mbak?" tanyaku.

Mbak Maya menggeleng. "LDR nggak masalah lah... cuma 2 bulan. Bisa diatur kan?" sahutnya.

"Lha terus kenapa dong? Mau cari yang kayak apa lagi? Cocok kok sama kamu!" kata mbak Mita.

"Iya sih, abang ini baik dan mapan. Tapi aku ILFEEL! Nggak suka aja..." kata mbak Maya tertunduk lesu.

"Nggak suka apanya, May? Apa yang nggak kamu suka dari abang itu?" berondong mbak Mita. 

Mbak Maya kini beranjak dari kursi. Diraihnya tas tangannya.

"Tadi kulihat jempol kakinya kecil!" ucap mbak Maya.

Aku terbengong tak tahu maksudnya. Begitu juga semua anak kost yang ada.

"Kalau jempol kakinya kecil, "itu"nya juga kecil!" lanjut mbak Maya sambil ngeloyor pergi meninggalkan anak-anak kost yang diam dan tak tahu harus apa. Semua ternganga dengan teori mbak Maya.

Cikarang, 28 April 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun