Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jemari Tangan Ibu

3 Februari 2018   07:00 Diperbarui: 3 Februari 2018   17:33 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu Gea menghitung jemari tangan kanan ibu. Adikku tertawa-tawa. Dasar usil! Aku pun sebal melihat kelakuan adikku. Dia menggoda ibu dengan melibatkan anakku. Ampunnn...

Ibu tetap tenang. Santai dan tiada amarah. Jemari tangan kanan ibu memang spesial. Ada 6 jari. Jempol tangannya ada 2. Aku mengetahuinya sedari kecil. Bahkan kami ketiga anaknya semua hafal ciri khas jemari ibu.

Ibu tidak pernah bercerita tentang jemarinya. Dan aku sebagai anaknya, tak pernah juga menanyakannya. Aku ingin menjaga perasaan ibu.

Dulu sering aku mendengar cerita-cerita berupa mitos. Mitos-mitos orang kampung tentang jari yang tidak normal. Pernah suatu kali, tetanggaku melahirkan. Anaknya sehat, namun jari telunjuk dan jari tengahnya "gantet". Gantet itu artinya dempet atau dampit, menyatu. Setelah umur 2 tahun, barulah dilakukan operasi untuk memisahkan jari-jari itu.

Waktu itu aku masih kecil. Teman-temanku bilang katanya itu karena ibu si bayi makan pisang gantet (dampit). Makanya, pantangan bagi ibu hamil untuk makan sesuatu yang tidak normal. Aku percaya saja. 

Di kampungku beberapa kali kulihat pisang yang gantet itu. Biasanya, teman yang punya pisang gantet membawanya saat main untuk ditunjukkan kepada semua temannya. Klop! Cerita itu nyambung dan masuk akal untuk saat itu.


Aku sempat berpikir apakah nenek makan pisang gantet saat hamil ibuku. Meskipun akan jadi aneh pertanyaanku, karena jari jempol ibu tidak gantet. Pada kasus ibu, ibu punya 2 jari jempol yang tidak biasanya. Akhirnya, aku pun selalu urung setiap kali ingin menanyakan hal itu. Jangan-jangan pertanyaanku "ora ilok" alias tabu. 

Begitulah tahun demi tahun kulalui. Aku tak pernah lagi memikirkan jemari ibu. Jika saja adikku tidak usil, mungkin aku pun tak akan teringat lagi fakta tentang jemari ibu.

Selama hidupku, tak pernah kulihat orang yang mempunyai jempol 2 buah di salah satu tangannya. Baru ibuku saja yang punya. Entahlah. Mungkin di belahan dunia lain, ada orang lain dengan kondisi yang sama. Mungkin satu diantara seribu. Atau bahkan satu dari satu juta orang yang seperti ibu. 

Jika orang lain melihat itu sebagai sebuah kekurangan atau mungkin dikategorikan sebagai cacat, aku sebaliknya. Aku merasa Tuhan memberi kelebihan pada ibuku. Bagaimana tidak. Bentuk jari jempol itu sempurna. Lengkap dengan kuku. Ukurannya sedikit lebih kecil. Tapi hanya sedikit saja. Seperti cabang dari jempol yang lebih besar. Karenanya, aku melihatnya Tuhan memberi "bonus" pada ibuku.

Ibu sepertinya tak pernah mengeluhkan jari itu. Tak pernah menyembunyikan juga. Aku pun tak pernah malu punya ibu dengan enam jari di tangan kanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun