Mohon tunggu...
Penulis Senja
Penulis Senja Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Selamat Datang di Konten Blog saya, semoga dapat menghibur dan menginspirasi kalian semua. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar untuk request cerpen, puisi, artikel atau yang lainnya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sarung Tangan Merah

11 Mei 2024   09:07 Diperbarui: 11 Mei 2024   09:09 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest: https://pin.it/69g7NzPDq

Di pinggiran kota yang diterpa salju, tinggal seorang gadis kecil bernama Mia. Setiap pagi, ia melewati jalan yang ditutupi salju menuju sekolah, mengenakan sarung tangan merah yang ia dapatkan dari ibunya. Sarung tangan itu bukan sekadar pelindung dari dingin, tetapi juga kenang-kenangan terakhir dari ibunya yang telah meninggal dua tahun lalu.

Suatu hari, saat berjalan pulang ke rumah, Mia melihat seorang anak laki-laki duduk termenung di pinggir trotoar, tangannya merah kedinginan. Gadis itu menghampiri dan bertanya, "Kenapa kamu tidak memakai sarung tangan?"

Anak itu, yang bernama Rian, mengangkat bahu. "Aku kehilangan sarung tanganku, dan orang tuaku tidak mampu membeli yang baru," jawabnya pelan.

Tanpa berpikir panjang, Mia melepas salah satu sarung tangan merahnya dan memberikannya kepada Rian. "Ambil ini, setidaknya satu tanganmu bisa hangat," katanya dengan senyum hangat.

Rian terkejut. "Tapi, kamu akan kedinginan," katanya khawatir.

Mia mengangkat bahu. "Kita bisa bergantian. Hari ini, giliranmu yang memakai sarung tangan ini. Besok, giliranku," jawab Mia dengan nada riang.

Hari berikutnya, mereka bertemu lagi di tempat yang sama. Mia memberikan sarung tangan itu kepada Rian, dan mereka berdua tersenyum satu sama lain. Tradisi baru itu terus berlanjut, dengan Mia dan Rian bergantian memakai sarung tangan setiap hari.

Seiring berjalannya waktu, persahabatan mereka tumbuh. Mereka mulai berbagi lebih dari sekadar sarung tangan. Mereka berbagi cerita, tawa, dan bahkan makan siang. Guru dan teman-teman sekelas mereka mulai memperhatikan tindakan kecil penuh cinta ini dan terinspirasi. Keajaiban sejati terjadi ketika kelas mereka mulai kampanye untuk mengumpulkan sarung tangan dan pakaian hangat untuk mereka yang membutuhkan.

Mia dan Rian menjadi contoh bahwa kebaikan, tidak peduli seberapa kecil, bisa menyebarkan kehangatan yang jauh melebihi apa yang bisa ditawarkan sebatang sarung tangan. Di akhir musim dingin, mereka telah tidak hanya menghangatkan tangan satu sama lain tetapi juga hati seluruh komunitas mereka.

Kisah Mia dan sarung tangan merahnya mengajarkan bahwa ketika kita berbagi, kita tidak hanya memberikan apa yang kita miliki tetapi juga membuka jalan bagi kebaikan yang lebih besar yang bisa mempersatukan dan mengangkat komunitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun