Mohon tunggu...
MALIK NUR HALILINTAR
MALIK NUR HALILINTAR Mohon Tunggu... Administrasi - Aparatur Sipil Negara (ASN)

Pelayan Masyarakat. Semurni-murni tauhid, setinggi-tinggi ilmu, sepintar-pintar siasat.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Strategi Keji Neo-Liberal Kuasai Dunia

29 September 2018   10:09 Diperbarui: 29 September 2018   10:19 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Strategi Neo-Liberal dalam Menguasai Ekonomi Dunia Secara Keji

Profesor Joseph Stiglitz, mantan kepala ekonom Bank Dunia dan mantan Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Presiden Clinton, menjadi terkenal karena langkah kontroversialnya yang membeberkan rahasia konspirasi ekonomi dunia, yang mendasari dinamika naik turunnya perekonomian global dan sekelompok orang yang secara keji mengendalikan dinamika itu semua melalui "Strategi Empat Langkah".

Yang ia rumuskan dan terapkan melalui kebijakan bank dunia untuk menanamkan benih neoliberasilme. Benih-benih neoliberalisme yang akan mengontrol derap langkah kebijakan fiscal dan moneter negara-negara di dunia, atau dalam pengungkapan tujuan vulgarnya ialah untuk memperbudak bangsa melalui system perbankan dan banker sebagai aktornya.

Langkah pertama adalah dengan melakukan kebijakan privatisasi badan usaha milik negara. Privatisasi dilakukan dengan melakukan tawaran kepada pemimpin nasional yang nantinya akan diberikan komisis sebesar 10 % yang ada di rekening rahasia di salah satu bank Swiss sebagai bentuk pertukaran untuk pemangkasan beberapa miliar dolar dari harga penjualan asset nasional. 

Sebuah potret suap dan korupsi yang murni dan sederhana. Jadi setiap adanya perusahaan negara yang berhasil diprivatisasi, dimungkinkan sekelompok pemimpin negara dapat jatah suap.

Langkah kedua adalah dengan liberalisasi pasar modal. Langkah ini diwujudkan sebagai upaya untuk penghapusan pajak bagi investor asing. Siklus dari kebijakan liberalisasi pasar modal biasa dikenal dengan siklus uang panas 'hot money'. 

Awalnya keran modal asing akan dibuka lebar, sehingga banyak modal datang dari luar negeri ke dalam negeri. Mereka berinvestasi dalam berbagai bidang usaha, seperti pasar saham, pasar uang ataupun real estate. Jelas adanya modal yang berlimpah membuat perekonomian bergejolak merangkak naik (karena banyaknya modal pasti akan memberikan kesempatan kerja yang baru, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pajak dan kesejahteraan rakyat), semua pihak akan senang melihat perekonomian yang melaju dengan cepat. 

Namun pada suatu titik tertentu (biasanya krisis sosial maupun keuangan yang direkayasa), dana modal investor asing akan ditarik kembali untuk kembali diinvestasikan di negara asal/negara lain yang perekonomiannya lebih menunjukkan prospek yang lebih bagus. Jelas terjadinya penarikan modal besar-besaran dari sector investasi dalam negeri (rush out) membuat keadaan tidak stabil dan semua pihak terkaget-kaget. 

Pada kondisi inilah perekonomian suatu negara yang awalnya menjanjikan akan menjadi lesu, bahkan resesi (karena berkurangnya pasokan modal akan berakibat Pemutusan Hubungan Kerja karyawan beberapa perusahaan besar, menurunnya pendapatan pajak pemerintah). 

Karena harga pasar saham, pasar uang, atau pun property akan terjun bebas; turun (dikarenakan banyak investor yang menjual unit investasinya; semisal property maupun saham yang menajadikan pasokannya menjadi melimpah dan hukum ekonomi mengatakan sesuatu yang terlalu berlimpah, harganya menjadi semakin turun dan tidak berharga). Jelas kondisi ini akan menyebabkan perekonomian runtuh dan terjadi krisis. 

Negara dalam keadaan tersebut pasti sangat membutuhkan dana segar melalui mekanisme pinjaman untuk memulihkan perekonomian nasional, dan IMF (International Monetary Fund) akan datang menawarkan pinjaman. IMF akan memberikan pinjaman dengan prasyarat bahwa mereka diperbolehkan menaikkan suku bunga dimana saja dari 30 % menjadi 80 %. 

Suku bunga yang menjadi tinggi akan membuat perekonomian riil semakin hancur, menghancurkan nilai property, membantai industry nasional dan membuat suatu resesi ekonomi yang sangat merugikan dan memberikan efek domino yang parah. 

Hal tersebut kenapa terjadi ? Karena bila suku bunga bank menjadi tinggi tidak ada orang maupun pengusaha yang ingin mengajukan kredit permodalan, akibatnya dunia usaha tidak akan mampu untuk mengembangkan usahanya dalam rangka menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. 

Selain itu semua orang juga pasti akan lebih memilih untuk menabung, bukan untuk berinvestasi dalam dunia usaha. Ketika memiliki uang lebih baik disimpan di bank dapat bunga yang tinggi tanpa harus bekerja susah payah, dibandingkan uang digunakan untuk modal menanam padi atau berjualan beras di pasar, atau produksi bahan-bahan kebutuhan pokok lainnya. Sehingga sudah pasti ketersediaan barang-barang kebutuhan akan berkurang dan berakibat pada semakin meningkatnya harga kebutuhan pokok.

Langkah ketiga adalah dengan menentukan harga berdasarkan pasar. Disinilah harga makanan, air, dan gas dalam negeri dinaikkan diduga untuk membuat kerusuhan sosial di negara masing-masing, sekarang lebih dikenal sebagai 'kerusuhan IMF'. Kerusuhan ini menyebabkan pemodal menarik modal mereka dan pemerintah menjadi bangkrut. Hal ini menguntungkan perusahaan-perusahaan asing karena asset yang tersisa dapat dibeli dengan harga terendah.

Dan langkah keempat dengan system perdagangan bebas. Di sinlah perusahaan-perusahaan internasional meledak di Asia, Amerika Latin dan Afrika. Sementara pada saat yang sama Eropa dan Amerika membarikade pasar mereka sendiri terhadap produk pertanian dunia ketiga. Mereka juga mengenakan tarif yang melambung tinggi bagi negara-negara tersebut sehingga mereka harus membayar mahal untuk obat-obatan bermerek, menyebabkan lonjakan angka kematian dan pemyebaran penyakit.

Ada beberapa hal yang juga dikaitkan dengan konspirasi dunia, yaitu tentang ekonomi dan terjadinya perang dunia. Uraian di atas menjadi suatu pengantar 4 poin neoliberalisme yang menjadi satu focus penting biang kerok perekonomian dunia. 

Setelah perang dunia kedua selesai dan dilanjutkannya perkasanya kapitalisme dalam membunuh sosialisme-komunisme di benak setiap manusia menjadikan kapitalisme menjadi paham tunggal yang ada di dunia ini. Perekonomian dunia seakan menjadi suatu incubator yang satu dan sangat saling mempengaruhi secara timbal balik. Suatu kondisi di suatu negara/wilayah akan sangat mempengaruhi kondisi ekonomi global. 

Kondisi ini sepintas memang baik bagi perwujudan perdamaian dunia. Tujuan mulia yang diyakini oleh Adam Smith (pada mulanya dan diyakini bangsa Barat secara umum) adalah dengan kapitalisme sendiri dianggap menjadi suatu cara ampuh dalam memberikan kesejahteraan secara merata kepada seluruh penduduk dunia, memberangus semua kemiskinan dan kelaparan yang eksis di muka bumi ini. 

Namun jauh panggang dari pada api, tujuan semulia itu sekalipun tidak pernah terwujud. Harmoni antara negara maju dan berkembang dalam upaya mensejahterakan umat manusia secara umum sangat sulit terwujud. Ekonomi dunia malah menjadi sangat rentan dan selalu terjadi siklus konjungtural naik turunnya perekonomian dengan menjadikan suatu krisis di masa-masa tertentu. 

Ketika seseorang mengkaji terjadinya perang dunia, maka pasti perhatian kita akan dicurahkan untuk memuji-muji negara dan pihak yang menang perang dan mengasihani negara yang kalah perang. Namun sebenarnya terdapat beberapa hipotesis sejarah yang mengatakan bahwa menang jadi abu kalah pun jadi arang, karena dianalisis ternyata keduanya akan mengalami kerugian yang sama dan dimanfaatkan oleh suatu kelompok yang akan selalu mendapat keuntungan; akan saya jelaskan secara lebih terperinci dibawah ini.

Sehingga menurut saya dapat disimpulkan ada beberapa pertanyaan penting yang harus dijawab melalui uraian saya nanti. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah bagaimanakah hubungan bank sentral nasional maupun internasional dengan konspirasi ekonomi dunia, bagaimanakah hubungan konflik perang dengan konspirasi dunia, bagaimanakah potret konspirasi dunia yang terjadi di masa sekarang ini. Marilah kita mencoba mengertinya satu demi satu.

Kita mulai dengan membahas tentang strategi para penangguk keuntungan besar saat terjadinya perang antar negara atau bahkan perang dunia. Setiap pihak yang berperang memiliki pendirian bisa atau tidak bisa maka harus memenangkan peperangan, bagaimanapun caranya. 

Itulah efek menggila dari adanya suatu harga diri yang mahal dari manusia. Konskuensinya adalah untuk memenangkan perang secara logis adalah dengan meningkatkan sumber daya perang, baik tentara maupun persenjataan canggih untuk memusnahkan musuh. 

Hal-hal semacam itulah sudah pasti sangat menguras biaya besar yang harus dikeluarkan demi kemenangan perang. Semua pihak menjadi terkena konskuensi butuh dana besar untuk perang demi sebuah harga diri kemenangan. Uang itu digunakan untuk membeli peralatan perang canggih yang mahal dari para perusahaan kontraktor pertahanan. 

Apabila uangnya tidak mencukupi segala cara ditempuh, termasuk menomorduakan kebutuhan rutin masyarakat dan bahkan melakukan utang luar negeri. Hampir pasti semua negara akan mengajukan utang luar negeri kepada lembaga keuangan internasional yang memiliki uang tak terbatas dan dikendalikan oleh sekelompok biadab orang. Maka lembaga keuangan internasional itu akan sangat senang dalam memberikan pinjaman kepada semua pihak yang terlibat perang.

Maka semua pihak yang terlibat perang pada awalnya akan menerima pinjaman dana segar dalam jumlah yang cukup banyak dari para lembaga keuangan internasional. Pinjaman jutaan bahkan miliaran dollar nantinya akan digunakan untuk belanja peralatan utama sistem persenjataan dan pertahanan.

Pemilik dari perusahaan peralatan utama sistem persenjataan dan pertahanan disinyalir kuat juga merupakan kelompok yang juga memberikan dananya untuk dipinjamkan ke negara-negara yang terlibat perang. Kasarnya adalah dipinjami uang untuk dibelanjakan pada yang meminjami. 

Jadi uangnya hanya beralih sementara saja. Pinjaman tersebut pasti dikenakan bunga yang tinggi. Hingga mencapai suatu kondisi pihak-pihak yang bertikai begitu tergila-gila akan kemenangan dan harga diri nasional dan tidak terkendali untuk kembali mengajukan utang baru demi kemenangan, maka negara-negara tersebut akan semakin terlilit utang yang besar. 

Saat salah satu pihak ada yang peroleh kemenangan, pasti akan disepakatinya perdamaian. Setelah masa pasca perang negara yang kalah pasti ekonominya akan kacau karena juga harus mengangsur pinjaman dana beserta bunganya. 

Karena dalam posisi masih berhutang, maka lembaga ekonomi internasional mengendalikan ekonomi nasionalnya yang dibalut dengan indah; disebut kebijakan pemulihan ekonomi yang mengharuskan menerapkan kebijakan neoliberal yang jumlahnya 4 tadi. Aset-aset nasional akan dibeli dengan murah oleh para konglomerat internasional karena demi membayar utang. 

Begitu pun juga pihak negara yang memang perang. Pasca perang pasti akan dibebani oleh pengangsuran utang yang juga pada akhirnya akan dikendalikan oleh lembaga keuangan internasional. Sehingga kaum yang identic dengan nama neoliberal menjadi pihak yang selalu diuntungkan di berbagai kondisi.

Sehingga dengan uraian di atas dapat dilihat dua skema besar yang menjadikan hipotesis 'dunia hanya dikendalikan dan menguntungkan sekelompok manusia saja' bukan hanya isapan jempol. 

Namun harus selalu kita cari siapa sebenarnya yang berada di balik semua skema konspirasi yang ingin menguasai dunia tersebut ? Sudah banya actor-aktor yang dimainkan sebagai wayang-wayang demi konspirasi, tanpa kita berpikir siapa dalang utamanya.

Referensi:

History of Money karya Andrew Hitchcook 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun