Hal tersebut dibuktikan dengan kasus yang belakangan ini viral di media sosial, yaitu seorang wanita yang mengadu ke aparat kepolisian yang mengadu karena mendapatkan ancaman dari seseorang, lain waktu benar-benar menjadi korban karena aduan itu tidak ditanggapi dengan serius.
Adapula kasus kehilangan kendaraan, hewan ternak, atau barang berharga lain sejenis ponsel, yang sulit sekali didapatkan kembali, karena sulitnya melacak kejahatan ini. Tak hanya barang yang jelas terlihat dan mudah dilacak via internet, karena uang nasabah yang boleh jadi ratusan juta, bisa saja tiba-tiba hilang entah ke mana. Raib digondol maling di dunia maya.
Kembali pada prinsip Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) bahwa kita semua, masyarakat Indonesia khususnya pastilah butuh yang namanya rasa aman. Jauh dari ancaman kekerasan yang datang dari luar atau orang yang tidak bertanggung jawab.
Dan masyarakat hakekatnya adalah tonggak bisa didapatkannya rasa aman itu. Baik mereka yang kalangan petani, maupun pejabat sekalipun, semuanya butuh keamanan itu. Nah, dalam situasi saat ini, berapa orang yang bisa kita ajak untuk siskamling? Bolehlah ada beberapa daerah yang masih merasa butuh dengan kegiatan ronda malam. Karena banyak pula yang tidak merasa butuh dan tidak peduli lagi, apakah rumahnya aman atau tidak. Atau tidak butuh lagi yang namanya ronda malam, lantaran mereka merasa sudah aman karena mampu membeli rokok demi menggantikan perannya dalam melakukan ronda malam.
Padahal tidak ada yang namanya kehadiran manusia dapat digantikan rokok. Meskipun mungkin dengan alasan lelah setelah bekerja. Dan itu mungkin bisa dimaklumi, tapi apakah setiap malam bisa digantikan rokok demi bisa menikmati tidur nyenyak, di saat orang lain harus terjaga di malam hari? Entah setuju atau tidak, hakikatnya kehadiran kita dalam menjaga lingkungan adalah sebuah keniscayaan. Tidak ada embel-embel pembeda, baik yang kaya atau miskin semua ingin merasa aman.
Dan lagi-lagi, masyarakat pun harus peduli, bahwa jabatan dan nama besar sudah tidak lagi penting, ketika harus sama-sama menjaga keamanan lingkungan. Buktinya, saat ini banyak pejabat yang mulai merasakan tidak nyaman di rumah sendiri, lantaran aksi penjarahan yang terjadi beberapa waktu lalu. Bahkan ada yang sampai merasakan trauma untuk tinggal di rumah, dan memilih tinggal di tempat lain yang dirasakan lebih aman, meskipun dengan situasi yang sederhana.
Kondisi yang miris lagi adalah adanya aksi tawuran anak-anak remaja, gerombolan geng motor dengan senjata tajam yang juga meresahkan, merupakan bagian penting penyebab kita harus bersama-sama menjaga kemananan di mana kita tinggal. Aparat keamanan pun tidak akan mampu menjaga kampung kita setiap malam. Lagi-lagi karena personil yang belum memadai. Dan tentu saja, masyarakat harus memahami bahwa tidak ada keamanan yang akan tercipta, ketika masyarakat sendiri tidak mau menciptakannnya.
Menciptakan suasana Siskamling yang menyenangkan
Menjadi anggota Siskamling tentu tidak hanya masalah kewajiban, toh di mana pun berada, kita semua butuh yang namanya rasa aman. Tapi di balik itu, tentu ada rasa aman yang juga butuh didapatkan oleh para penjaga lingkungan tersebut. Hal ini terkait keamanan yang kenyamanan dalam melaksanakan tugasnya. Apalagi saat ini, kekerasan di jalan raya dan lingkungan pun masih marak terjadi. Bahkan jika kita tarik ke belakang dari kasus pelaku perampokan yang menggunakan senjata api, pada hakekatnya masyarakat yang bertugas di malam hari pun bisa mendapatkan intimidasi dan rasa tidak aman pula dari pelaku kejahatan.
Ketika mereka bertugas di Pos Kamling, apa bisa menjamin mereka aman dari kekerasan pula? Meskipun personil mereka lebih dari 5 orang, ketika berhadapan dengan pelaku kejahatan yang menggunakan senjata api, tentu ini amat membahayakan.
Maka dari itu, adanya koordinasi dan kerjasama dengan aparat keamanan, baik itu Polisi maupun TNI, yang bersiap-siap menjaga wilayahnya 24 jam bersama-sama masyarakat merupakan keniscayaan yang tidak boleh diabaikan. Adanya Babinsa maupun Babinkamtibmas sebenarnya bisa diajak berkolaborasi dalam menjaga keamanan. Namun, apakah cukup ketika satu orang aparat harus menjaga satu desa yang begitu luas. Belum lagi jika kurangnya koordinasi dan kolaborasi dari masyarakat itu sendiri, tentu keamanan di daerahnya akan sulit dicapai.Â