Berapa lagi kamus itu telah bercerita
Pada helai demi helai sejarah
Mencatatkan kisah penuh resah gelisah
Pada jiwa-jiwa yang meronta-ronta
Di antara tawa dan senyum dunia nan fana
Hiduplah seonggok bangkai berkata
"Wahai para penyembahku, jangan lagi menumpahkan darah!
Jangan lagi mengoyak nadi-nadi penuh amarah!
Baca Juga | Belajar Bareng Bersama Teman Disabilitas, Momen Penguatan Kolaborasi Dunia Digital
Mungkin, bagimu akulah sang bijaksana
Menebarkan cahaya lentera penuh cinta
Padahal, akulah seekor ular bertubuh gelap
Berkepala dua dengan lidah menjulur penuh bisa
Aku katakan padamu? Akulah sengkuni
Aku fasih menjual kata-kata bagi dunia
Padahal inginku cuma kuasa, harta, tahta
Ku takkan lupa, cara menipu para wanita
Kau terlalu sibuk dengan kata-kata
Ketika telah ku buat senjata pemusnah massal
Ku jual kematian ketika kukatakan tentang damai semesta
Masih tak sadarkah kau wahai kuraci-kurcaci dunia?
Mengagungkanku laksana warna jingga diujung senja
Kau dekatiku, berharap peluk pada ketiakku
Padahal aku hanyalah serigala penuh amarah
Sebentar lagi kuakan memangsamu
Penuh derita, nestapa, hina
Baca Juga |Â Jangan Buang Aku Kala Terluka
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI