Aku berada di sebuah bis kota. Bis ini memiliki trayek antara Metro hingga Bandar Lampung.Â
Dengan fasilitas AC yang terlalu dingin bagiku. Ketika kuputar posisi saluran keluar di atas kepalaku, rasa-rasanya demam yang biasanya menerpaku bakalan kembali.Â
Hari ini tepat pukul satu siang, perjalanan ini masih panjang. Udara terasa panas meskipun masih dibantu oleh AC bis yang aku tumpangi. Â
Nampak beberapa penumpang ada yang memainkan ponselnya dengan game kesukaannya. Adapula yang masih terpejam dengan earphone yang menempel di telinga.Â
Wajah-wajah di sana sedikit tegang lantaran kondisi yang memang mendukung.
Jalan-jalan masih ramai dengan jumlah penumpang yang terus bertambah. Sedangkan di bis yang aku tumpangi, ada beberapa penumpang yang tidak memakai masker. Padahal saat ini suasana masih mencekam karena covid-19.Â
Entahlah apakah di antara mereka memang nggak percaya lagi dengan berita di televisi? Atau mereka tak mau ambil pusing, bahwa biarlah kematian ada di tangan pemilik kehidupan.Â
Semakin lama dipenjara dengan ketakutan, maka antibody pun melemah. Sama seperti rasa takut yang berlebihan, terlalu protektif dengan pasangan sama bahayanya dalam sebuah pernikahan.
"Mas, sudah sampai di mana ini?"Â
Seorang wanita di sebelahku bertanya. Ia tersenyum kecil, seolah-olah sudah mengenalku.Â